Entri Populer

Rabu, 18 April 2012

Pembekalan Persiapan Ujian Nasional Tahun 2012

Tak lama lagi para pelajar Indonesia akan menghadapi Ujian Nasional (UN). UN 2012 ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai Juni. yang Tentu berbagai persiapan telah dilakukan oleh sekolah- sekolah maupun para siswa. Mulai dari persiapan akademik, psikologi maupun taktis. Begitu juga dengan banyaknya uang yang sudah dikeluarkan untuk dapat lulus Ujian Nasional dengan Nilai yang memuaskan.



Sukses menghadapi UN, tentu memerlukan persiapan yang matang dari jauh-jauh hari sebelum pelaksanaannya.



Ada beberapa tips sukses menghadapi Ujian Nasional.

1. Mempersiapkan Mental

Siapkan mental kalian untuk bertarung di pada Ujian Nasioanal. Caranya dengan banyak berdoa dan mengulang kembali materi yang sudah kalian kuasai untuk membangun kepercayaan diri kalian. Jangan paksakan untuk menguasai materi yang saat itu belum anda kuasai, karena hal itu dapat meruntuhkan kepercayaan diri anda. Ingat!!! materi yang belum anda kuasai bukan satu-satu materi yang akan muncul dalam Ujian Nasional.



2. Persiapan Fisik
Pastikan stmina fisik kalian cukup prima untuk menghadapi ujian Nasional , karena tanpa stamina yang cukup, bisa berdampak pada konsentrasi anda dalam mengerjakan soal. Makanlah makanan yang bergizi dan istirahatlah/tidur dengan cukup.
3. Siapkan Perlengkapan
Siapkan seluruh peralatan yang akan digunakan pada saat pelakssanakan Ujian Nasional, mulai dari baju dan celana yang akan dipakai, sepatu, kartu peserta, pensil 2B (min. 3 batang yang sudah diraut).



4. Sugestikan Diri
Sugestikan diri kalian bahwa kalian sudah siap untuk menghadapi Ujian Nasional. Kalau anda masih merasa cemas, yakinkan bahwa peserta lain lebih cemas dari anda.



Ketika Hari Ujian Nasional

1. Periksa sebelum berangkat peralatan yang diperlukan (Kartu peserta, pensil 2 B, pulpen, jam tangan, pengahpus dan rautan)
2. Berangkat jangan terlalu cepat. Usahakan tiba di sekolah 30 menit sebelum ujian berlangsung . Karena terlalu lama menunggu dapat membuat anda semakin cemas.

3. Meminta restu dari orang-orang yang anda cintai dan mencintai anda khususnya orang tua/wali
4. Menengerjakan soal-soal yang paling mudah terlebih dahulu. Ingat !!! Semua soal mempunyai bobot yang sama. Jangan lupa awali dengan berdoa.
5. Memeriksa kembali lembar jawaban anda sebelum dikumpulkan ke petugas (pengawas ruang) Periksa kembali apakah seluruh isian pada lembar jawaban yang sudah terisi dengan benar. Akhir dengan berdoa dan berserah diri kepada Allah SWT.
6. Setelah selesai tes hari pertama, jangan pernah!! membahas soal tes yang sudah berlalu dengan siapapun karena tidak ada untungnyadan tidak akan meribah apapun. Berkonsentrasilah untuk menghadapi Tes Ujian Nasional hari ke-2 dan seterusnya.
7. Jangan ganggu persiapan anda dengan mempercayai isu-isu menyesatkan, seperti kebocoran soal Ujian Nasional. Yakinkan bahwa anda mampu menjadi yang terbaik

POS UJIAN NASIONAL TAHUN 2012




PROSEDUR OPERASI STANDAR UJIAN NASIONAL

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, MADRASAH TSANAWIYAH,
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA, SEKOLAH
MENENGAH ATAS, MADRASAH ALIYAH,
SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA,
DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

TAHUN PELAJARAN 2011/2012




























BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
2012

1




PERATURAN
BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

NOMOR: 0011/P/BSNP/XII/2011

TENTANG

PROSEDUR OPERASI STANDAR UJIAN NASIONAL
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, MADRASAH TSANAWIYAH, SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA, SEKOLAH MENENGAH ATAS,
MADRASAH ALIYAH, SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA,
DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2011
tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan
dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian
Nasional, perlu menetapkan Peraturan Badan Standar Nasional
Pendidikan tentang Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional
Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah, Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas,
Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa, dan
Sekolah Menengah Kejuruan Tahun Pelajaran 2011/2012;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor
41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4496);
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 59 Tahun 2011 tentang tentang Kriteria
Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan
Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian
Nasional.


2


MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN BADAN STANDAR NASIONAL TENTANG
PROSEDUR OPERASI STANDAR UJIAN NASIONAL
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, MADRASAH
TSANAWIYAH, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR
BIASA, SEKOLAH MENENGAH ATAS, MADRASAH ALIYAH,
SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA, DAN SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012


Pasal 1

Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional, selanjutnya disebut POS UN, Tahun
Pelajaran 2011/2012 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan BSNP ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan BSNP ini.


Pasal 2

Peraturan BSNP ini merupakan dasar dan acuan dalam penyelenggaraan Ujian
Nasional Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah
Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa, dan Sekolah Menengah Kejuruan Tahun Pelajaran 2011/2012.


Pasal 3

Hal-hal yang belum diatur dalam POS UN ini akan diatur lebih lanjut dalam
keputusan BSNP.


Pasal 4
Peraturan BSNP ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 19 Desember 2011

Ketua
Badan Standar Nasional Pendidikan




Prof. Dr. Ir. M. A. Wirakartakusumah, M.Sc.

3

LAMPIRAN

PERATURAN
BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

NOMOR: 0011/P/BSNP/XII/2011

TENTANG

PROSEDUR OPERASI STANDAR UJIAN NASIONAL
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, MADRASAH TSANAWIYAH, SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA, SEKOLAH MENENGAH ATAS,
MADRASAH ALIYAH, SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA,
DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
TAHUN PELAJARAN 2011/2012


I. PENYELENGGARA UJIAN NASIONAL

Penyelenggara UN adalah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bekerjasama
dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama,
Kementerian Dalam Negeri, Kepolisian Republik Indonesia, Perguruan Tinggi Negeri,
dan Pemerintah Daerah, yang dalam pelaksanaannya terdiri atas Penyelenggara UN
Tingkat Pusat, Penyelenggara UN Tingkat Provinsi, Penyelenggara UN Tingkat
Kabupaten/Kota, dan Penyelenggara UN Tingkat Sekolah/Madrasah.

A. Penyelenggara UN Tingkat Pusat

1. Penyelenggara UN Tingkat Pusat ditetapkan dengan keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan yang terdiri atas unsur-unsur:

a. Badan Standar Nasional Pendidikan;
b. Sekretariat Jenderal, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
c. Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
d. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan
Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
e. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
f. Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
g. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
h. Inspektorat Jenderal, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
i. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama; dan
j. Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia;


4

2. Penyelenggara UN Tingkat Pusat mempunyai tugas dan tanggung jawab:
a. merencanakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan UN;
b. menentukan koordinator perguruan tinggi negeri pelaksana UN;
c. memantau kesiapan pelaksanaan UN;
d. menyusun prosedur operasi standar (POS) UN, menggandakan dan
mendistribusikannya ke Penyelenggara UN Tingkat Provinsi;
e. melakukan sosialisasi penyelenggaraan UN;
f. mengadakan penandatangan pakta integritas dengan Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi
g. menetapkan jadwal pelaksanaan UN;
h. menyiapkan kisi-kisi soal UN berdasarkan Standar Isi;
i. mendistribusikan kisi-kisi soal UN ke provinsi;
j. menyusun dan merakit soal UN;
k. menjamin mutu soal UN;
l. menyiapkan master naskah soal UN;
m. mengembangkan sistem database peserta UN;
n. mengirim database peserta UN SMA, MA dan SMK ke Perguruan Tinggi
paling lambat tanggal 9 April 2012;
o. mengembangkan sistem database penilaian akhir ujian sekolah dan ujian
nasional;
p. menetapkan spesifikasi dan persyaratan teknis perusahaan percetakan dan
pencetakan bahan UN (Balitbang Kemdikbud);
q. mendistribusikan master naskah soal UN;
r. mencetak bahan UN SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan SMK
(Balitbang Kemdikbud);
s. memantau pelaksanaan proses pencetakan;
t. mendistribusikan bahan UN yang mencakup naskah soal UN, LJUN, daftar
hadir, dan berita acara ke satuan pendidikan penyelenggara melalui
Penyelenggara UN Tingkat Provinsi, sekolah di Luar Negeri, dan tempat lain
yang ditetapkan sebagai penyelenggara UN;
u. melakukan uji petik pelaksanaan UN;
v. melakukan supervisi proses pemindaian lembar jawaban ujian nasional
(LJUN);
w. melakukan penskoran hasil UN;
x. menerbitkan dan mendistribusikan surat keputusan bentuk blangko ijazah ke
provinsi;
y. mencetak dan mendistribusikan blangko surat keterangan hasil ujian nasional
(SKHUN) ke provinsi dan luar negeri;
z. mendistribusikan hasil UN ke provinsi dan luar negeri;
aa. mengkoordinasikan kegiatan pemantauan UN;
bb. mengumpulkan dan menganalisis data hasil UN;
cc. menganalisis hasil UN termasuk daya serap dan mendistribusikan hasilnya
kepada dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota serta kantor
kementerian Agama provinsi dan kabupaten/kota;
dd. mengevaluasi pelaksanaan UN dan membuat laporan pelaksanaan dan hasil
UN kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.


5

B. Penyelenggara UN Tingkat Provinsi

1. Gubernur menetapkan Penyelenggara UN Tingkat Provinsi yang terdiri atas unsur-
unsur:
a. Dinas Pendidikan Provinsi;
b. Kantor Wilayah Kementerian Agama
c. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
d. Perguruan Tinggi Negeri
e. Instansi tingkat provinsi yang terkait dengan pendidikan keahlian.

2. Penyelenggara UN Tingkat Provinsi mempunyai tugas dan tanggung jawab:

a. Dalam penyelenggaraan UN untuk SMA, MA, dan SMK, BSNP menetapkan
perguruan tinggi negeri berdasarkan rekomendasi Majelis Rektor Perguruan
Tinggi Negeri Indonesia, sebagai koordinator perguruan tinggi di provinsi
tertentu. Perguruan tinggi tersebut bertanggung jawab untuk:
1) merencanakan penyelenggaraan UN di wilayahnya;
2) membentuk tim kerja UN di tingkat provinsi yang bertugas:
a) menunjuk perguruan tinggi yang bertugas pada kabupaten/kota di
provinsi yang menjadi kewenangannya;
b) menetapkan tata kerja penggandaan dan pendistribusian bahan UN;
c) menetapkan tata kerja pengawasan penyelenggaraan UN bersama
LPMP;
d) mensosialisasikan pengawasan penyelenggaraan UN;
3) menjamin objektivitas dan kredibilitas pelaksanaan UN di wilayahnya
bersama LPMP;
4) melaksanakan koordinasi dengan pemerintah daerah dan Kantor Wilayah
Kementerian Agama dalam penyelenggaraan UN;
5) menetapkan pengawas satuan pendidikan di setiap sekolah/madrasah
penyelenggara UN bersama LPMP;
6) menetapkan pengawas ruang ujian berdasarkan masukan dari Dinas
Pendidikan dan Kankemenag Kabupaten/Kota sebagai penyelenggara UN
Kabupaten/Kota bersama LPMP;
7) menjaga keamanan, kerahasiaan dan pendistribusian bahan UN di tingkat
provinsi;
8) menjaga keamanan dan kerahasiaan LJUN yang sudah diisi oleh peserta
UN serta bahan pendukungnya;
9) melakukan pemindaian LJUN dengan menggunakan perangkat lunak
yang ditetapkan oleh BSNP;
10) menjamin keamanan proses pemindaian LJUN;
11) menyerahkan hasil pemindaian LJUN ke Penyelenggara UN Tingkat
Pusat;
12) menerapkan prinsip kejujuran, objektivitas, dan akuntabilitas pada semua
proses di atas;
13) membuat laporan pelaksanaan UN Tingkat Provinsi untuk disampaikan
kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui BSNP yang berisi
tentang persiapan dan pelaksanaan UN

6

b. Dalam penyelenggaraan UN untuk SMA/MA dan SMK, Dinas Pendidikan
Provinsi bertanggungjawab untuk:
1) merencanakan penyelenggaraan UN di wilayahnya;
2) melakukan sosialisasi dan mendistribusikan Permendikbud UN dan POS
UN ke Kabupaten/Kota di wilayahnya;
3) melakukan penandatanganan pakta integritas dengan Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota
4) mendata dan menetapkan sekolah/madrasah penyelenggara UN dengan
prosedur sebagai berikut:
a) mendata sekolah/madrasah yang memiliki kelas/tingkat tertinggi dan
mengidentifikasi sekolah/madrasah berdasarkan jenjang akreditasi
serta aspek-aspek yang dipergunakan sebagai bahan penetapan
sekolah/madrasah penyelenggara UN;
b) menetapkan sekolah/madrasah penyelenggara UN dan
sekolah/madrasah yang menggabung, yang dituangkan dalam surat
keputusan dan mengirimkannya ke sekolah/madrasah penyelenggara
UN melalui dinas pendidikan kabupaten/kota;
c) melakukan verifikasi pelaksanaan uji kompetensi keahlian SMK
5) menetapkan Daftar Nominasi Tetap (DNT);
6) mendistribusikan bahan UN yang mencakup naskah soal, LJUN, daftar
hadir, dan berita acara ke satuan pendidikan penyelenggara melalui
Penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota dan tempat lain yang
ditetapkan sebagai penyelenggara UN, bagi siswa yang sedang praktek
kerja industri (prakerin) di luar negeri, melalui Penyelenggara UN Tingkat
Pusat;
7) menjaga kerahasiaan bahan UN;
8) menjaga keamanan penyelenggaraan UN;
9) mengkoordinasikan pendataan peserta dan mengelola database peserta
UN;
10) mengkoordinasikan pengumpulan dan entry data nilai sekolah/madrasah
dan mengirimkannya ke Penyenlenggara UN Tingkat Pusat paling lambat
tanggal 9 April 2012 untuk SMA/MA, SMALB, dan SMK.
11) menerima hasil penskoran hasil UN dari Penyelenggara UN Tingkat Pusat;
12) mencetak dan mendistribusikan daftar kolektif hasil ujian nasional
(DKHUN) persekolah/madrasah penyelenggara UN yang ditandatangani
oleh kepala dinas pendidikan provinsi melalui Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota;
13) mengisi SKHUN dan mendistribusikan ke sekolah/madrasah melalui dinas
pendidikan kabupaten/kota;
14) mengevaluasi penyelenggaraan UN di wilayahnya;
15) menerapkan prinsip kejujuran, objektivitas, dan akuntabilitas pada semua
proses di atas;
16) membuat laporan pelaksanaan UN Tingkat Provinsi untuk disampaikan
kepada Penyelenggara UN Tingkat Pusat yang berisi tentang persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi UN dan dilengkapi dengan:
a) surat keputusan Penyelenggara UN Tingkat Provinsi;
b) data peserta UN;

7

c) data sekolah/madrasah penyelenggara UN;
d) laporan kelulusan satuan pendidikan.

c. Perguruan tinggi bertanggungjawab dalam menjaga keamanan dan
kerahasiaan penggandaan dan pendistribusian bahan UN SMP/MTs, SMPLB,
SMA/MA, SMALB, dan SMK

d. Dinas Pendidikan Provinsi bertanggungjawab dalam penyelenggaraan UN
SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan SMK untuk:
1) merencanakan penyelenggaraan UN di wilayahnya;
2) melakukan penandatanganan pakta integritas dengan Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota
3) melakukan sosialisasi dan mendistribusikan Permendikbud UN dan POS
UN ke Kabupaten/Kota di wilayahnya;
4) mendata dan menetapkan sekolah/madrasah penyelenggara UN dengan
prosedur sebagai berikut:
a) mendata sekolah/madrasah yang memiliki kelas/tingkat tertinggi dan
mengidentifikasi sekolah/madrasah berdasarkan jenjang akreditasi
serta aspek-aspek yang dipergunakan sebagai bahan penetapan
sekolah/madrasah penyelenggara UN;
b) menetapkan sekolah/madrasah penyelenggara UN dan
sekolah/madrasah yang menggabung, yang dituangkan dalam surat
keputusan dan mengirimkannya ke sekolah/madrasah penyelenggara
UN;
5) menetapkan Daftar Nominasi Tetap (DNT);
6) menjaga kerahasiaan bahan UN;
7) menjaga keamanan penyelenggaraan UN;
8) mengelola database peserta UN oleh Dinas Pendidikan Provinsi;
9) mengkoordinasikan pengumpulan dan entry data nilai sekolah/madrasah
dan mengirimkannya ke Penyenlenggara UN Tingkat Pusat paling lambat
tanggal 16 April 2012 untuk SMP/MTs dan SMPLB.
10) menetapkan tim pengolah hasil UN dengan tugas sebagai berikut:
a) melakukan pemindaian (scanning) LJUN dengan menggunakan
software yang ditentukan oleh Penyelenggara UN Tingkat Pusat;
b) mengirim hasil pemindaian LJUN ke Penyelenggara UN Tingkat
Pusat;
11) menerima nilai akhir UN dari Penyelenggara UN Tingkat Pusat;
12) mendistribusikan nilai akhir UN ke satuan pendidikan melalui Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota;
13) mencetak daftar kolektif hasil ujian nasional (DKHUN)
persekolah/madrasah yang ditandatangani oleh kepala dinas pendidikan
provinsi;
14) mendistribusikan daftar kolektif hasil ujian nasional (DKHUN)
persekolah/madrasah melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota;
15) mengisi SKHUN untuk setiap peserta UN;
16) mendistribusikan SKHUN ke Kabupaten/Kota;
17) mengevaluasi penyelenggaraan UN di wilayahnya;

8

18) menerapkan prinsip kejujuran, objektivitas, dan akuntabilitas pada semua
proses di atas;
19) membuat laporan pelaksanaan UN Tingkat Provinsi untuk disampaikan
kepada Penyelenggara UN Tingkat Pusat yang berisi tentang persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi UN dan dilengkapi dengan:
a) surat keputusan Penyelenggara UN Tingkat Provinsi;
b) data peserta UN;
c) data sekolah/madrasah penyelenggara UN;
d) laporan kelulusan satuan pendidikan.

C. Penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota

1. Bupati/Walikota bertanggungjawab menetapkan Penyelenggara UN Tingkat
Kabupaten/Kota yang berasal dari unsur-unsur:
a. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota;
b. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
c. Perguruan Tinggi Negeri.

2. Penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota mempunyai tugas dan tanggung
jawab:
a. merencanakan penyelenggaraan UN di wilayahnya;
b. melakukan penandatanganan pakta integritas dengan satuan pendidikan
c. mendata sekolah/madrasah penyelenggara UN dengan prosedur sebagai
berikut:
1) mendata sekolah/madrasah yang memiliki kelas/tingkat tertinggi dan
mengidentifikasi sekolah/madrasah berdasarkan jenjang akreditasi serta
aspek-aspek kelayakan yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan
penetapan sekolah/madrasah penyelenggara UN dan menyampaikan ke
penyelenggara tingkat provinsi;
2) menerima SK penetapan sekolah/madrasah penyelenggara UN dan
sekolah/ madrasah yang menggabung dari penyelenggara tingkat provinsi;
3) menyampaikan surat keputusan tersebut ke sekolah/madrasah
penyelenggara UN;
d. mendata calon peserta UN;
e. mencetak Daftar Nominasi Sementara (DNS) dan mendistribusikan ke
sekolah/madrasah;
f. mendata calon pengawas UN SMA, MA dan SMK dan menyampaikan ke
perguruan tinggi penyelenggara UN;
g. mendata calon pengawas UN SMP, MTs, SMPLB, dan SMALB;
h. mengkoordinasikan pengumpulan dan entry data nilai sekolah/madrasah.
i. mensosialisasikan penyelenggaraan UN di wilayahnya dan mendistribusikan
Permendikbud UN dan POS UN ke satuan pendidikan;
j. mendistribusikan bahan UN dan LJUN ke sekolah/madrasah penyelenggara
UN;
k. menjaga kerahasiaan dan keamanan bahan UN;
l. menjaga keamanan penyelenggaraan UN;
m. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan UN di wilayahnya;

9

n. mengumpulkan LJUN dan mengirimkannya ke Penyelenggara UN Tingkat
Provinsi untuk:
1) SMP, MTs, SMPLB, dan SMALB ke Dinas Pendidikan Provinsi;
2) SMA, MA, dan SMK ke Perguruan Tinggi Negeri;
o. menerima DKHUN dan SKHUN dari Penyelenggara UN Tingkat Provinsi dan
mengirimkannya ke sekolah/madrasah penyelenggara UN;
p. menerapkan prinsip kejujuran, objektivitas, dan akuntabilitas pada semua
proses pelaksanaan UN;
q. membuat laporan pelaksanaan UN Tingkat Kabupaten/Kota untuk
disampaikan kepada Penyelenggara UN Tingkat Provinsi yang berisi tentang
persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi UN dan dilengkapi dengan:
1) surat keputusan Penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota;
2) data peserta UN;
3) data sekolah/madrasah penyelenggara UN;
4) data kelulusan satuan pendidikan.

D. Penyelenggara UN Tingkat Satuan Pendidikan

1. Sekolah/madrasah yang dapat menyelenggarakan UN adalah:
a. sekolah/madrasah yang memiliki peserta UN minimal 20 peserta didik atau
terakreditasi dan memiliki fasilitas ruang yang layak, serta persyaratan
lainnya ditetapkan oleh Penyelenggara UN Tingkat Provinsi; atau
b.sekolah/madrasah rintisan bertaraf internasional (RSBI) atau
sekolah/madrasah bertaraf internasional yang memiliki peserta didik
kurang dari 20 orang setelah mendapat izin dari Dinas Pendidikan Provinsi
atau Kanwil Kementerian Agama.
c. untuk SMPLB dan SMALB tidak ada batas minimal jumlah peserta UN.

2. Penyelenggara UN Tingkat Satuan Pendidikan ditetapkan oleh Penyelenggara
UN tingkat Kabupaten/Kota yang terdiri atas unsur-unsur:
a. perguruan tinggi bersama kepala sekolah/madrasah dan guru dari satuan
pendidikan, dan satuan pendidikan lain yang bergabung untuk UN SMA, MA,
dan SMK.
b. kepala sekolah/madrasah dan guru dari satuan pendidikan penyelenggara UN
yang bersangkutan dan satuan pendidikan lain yang bergabung untuk SMP,
MTs, SMPLB, dan SMALB.

3. Penyelenggara UN Tingkat Satuan Pendidikan mempunyai tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
a. merencanakan penyelenggaraan UN di sekolah/madrasah;
b. memiliki dan memahami Permendikbud UN dan POS UN serta melakukan
sosialisasi kepada guru, peserta ujian, dan orang tua peserta;
c. mengirimkan data calon peserta UN yang dilakukan oleh sekolah/madrasah
ke Penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota;
d. memberikan penjelasan tentang tata tertib pengawasan ruang ujian dan cara
pengisian LJUN;

10

e. mengirimkan nilai sekolah/madrasah berdasarkan penggabungan nilai rata-
rata rapor dan nilai US/M dan ke Penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota;
f. mengambil naskah soal UN di tempat yang sudah ditetapkan oleh
Penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota;
g. memeriksa dan memastikan amplop naskah soal UN dalam keadaan tertutup;
h. menjaga kerahasiaan dan keamanan naskah soal UN;
i. melaksanakan UN sesuai dengan POS UN;
j. menjaga keamanan dan ketertiban penyelenggaraan UN;
k. memeriksa dan memastikan amplop LJUN dalam keadaan tertutup dengan
dilem/dilak dan telah ditandangani oleh Pengawas Ruang UN di dalam ruang
ujian;
l. membubuhkan stempel satuan pendidikan pada amplop LJUN;
m. mengumpulkan LJUN serta mengirimkannya kepada Penyelenggara UN
Tingkat Kabupaten/Kota, khusus Sekolah Indonesia Luar negeri, LJUN
langsung di kirim ke penyelenggara tingkat pusat;
n. menerima DKHUN dari Penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota, khusus
Sekolah Indonesia Luar negeri, menerima DKHUN dari penyelenggara tingkat
pusat;
o. menerbitkan, menandatangani, dan membagikan SKHUN kepada peserta UN;
p. menerapkan prinsip kejujuran, objektivitas, dan akuntabilitas pada semua
proses di atas;
q. khusus SMK melakukan kerjasama dengan industri mitra atau institusi
pasangan dalam rangka uji kompetensi keahlian berdasarkan pedoman
penyelenggaraan uji kompetensi keahlian dari Penyelenggara UN Tingkat
Pusat;
r. menyampaikan laporan penyelenggaraan UN kepada Penyelenggara UN
Tingkat Kabupaten/Kota, khusus untuk sekolah Indonesia di luar negeri
kepada Perwakilan RI setempat.

Penyelenggara UN Sekolah Indonesia di Luar Negeri adalah sebagai berikut:

No
Nama Sekolah
Indonesia (SI)
Alamat Negara
1. S.I. Wassenaar
Rijkstraatweg 679 2245 CB
Wassenaar
Telp. 070-5178875
Belanda
2. S.I. Moskow
Novokuznetskaya, Ulitsa 12,
Moskow Rusia Telp. 7-095-
2319549
Rusia
3. S.I. Cairo
13 Babel Str. Dokki PO Box
1661 Cairo-Egypt Telp.
3372822
Mesir
4.
S.I. Riyadh

Prince Naif bin Abdul Aziz
Hayy Ummul Hamam
Gharby
PO Box 9434 Saudi Arabia
Saudi Arabia

11

No
Nama Sekolah
Indonesia (SI)
Alamat Negara
5. S.I. Jeddah
c/o Konsulat Jenderal RI PO
Box 10 Jeddah 21411 Saudi
Arabia
Saudi Arabia
6. S.I. Islamabad
Diplomatic Enclave, Street 1
Ramna 5/4 Islamabad
Pakistan Telp. 811291-4
Pakistan
7. S.I. Yangoon
100-Lower Kyimyindine
Road Ahlone, Yangoon,
Myanmar Telp. 20988
600-602
Myanmar
8. S.I. Bangkok
Petchburi Road Bangkok
Telp. 253135-40
Thailand
9. S.I. Kuala Lumpur
Lorong Tun Ismail 50480
Kuala Lumpur, Malaysia,
Telp. 603-292 7682
Malaysia
10. S.I. Singapura
Siglap Road Singapura
455859
Telp. 4480722 Singapura
Singapura
11. S.I. Tokyo
4-6-6, Meguro-Ku, Tokyo
153 Telp. 03-3719-1786,
Jepang
Jepang
12. S.I. Damascus
Al-Akrami Street No. 10 A
PO Box 3530, Damascus,
Syria
Syria
13. S.I. Davao
Davao City Street, Davao,
Filipina
Filipina




II. PESERTA UJIAN NASIONAL

A. Persyaratan Peserta Ujian Nasional

1. Peserta didik yang belajar pada tahun terakhir di satuan pendidikan berhak
mengikuti Ujian Nasional (UN).
2. Peserta didik yang memiliki rapor lengkap penilaian hasil belajar pada satuan
pendidikan sampai dengan semester I tahun terakhir.
3. Khusus peserta didik SMK yang telah menyelesaikan proses pembelajaran
untuk mata pelajaran yang diujikan secara nasional dapat mengikuti UN.
4. Peserta didik yang memiliki ijazah atau surat keterangan lain yang setara, atau
berpenghargaan sama, dengan ijazah dari satuan pendidikan yang setingkat
lebih rendah, atau memiliki bukti kenaikan kelas dari kelas III ke kelas IV untuk
peserta didik Kulliyatul-Mu’alimin Al-Islamiyah (KMI)/Tarbiyatul-Mu’alimin Al-
Islamiyah (TMI) yang pindah ke SMA, MA, dan SMK. Penerbitan ijazah yang

12

dimaksud sekurang-kurangnya 3 tahun sebelum mengikuti ujian
sekolah/madrasah, atau sekurang-kurangnya 2 tahun untuk peserta program
percepatan belajar.
5. Peserta didik yang belajar di sekolah internasional di Indonesia yang memiliki
izin untuk menerima peserta didik WNI, dapat mengikuti UN pada
sekolah/madrasah penyelenggara UN terdekat dengan persyaratan
sebagaimana tercantum pada butir 1 dan 4 di atas.
6. Peserta UN yang karena alasan tertentu dan disertai bukti yang sah tidak dapat
mengikuti UN di satuan pendidikannya, dapat mengikuti UN di
sekolah/madrasah lain pada jenjang dan jenis yang sama.
7. Peserta UN yang karena alasan tertentu dan disertai bukti yang sah tidak dapat
mengikuti UN dapat mengikuti UN susulan.
8. Peserta yang belum lulus UN sekolah/madrasah yang akan mengikuti UN tahun
pelajaran 2011/2012 harus:
a. mendaftar pada sekolah/madrasah asal atau sekolah/madrasah
penyelenggara UN;
b. mengikuti seluruh mata pelajaran yang diujinasionalkan. Nilai yang
digunakan adalah nilai tertinggi dari hasil ujian.
c. memiliki nilai sekolah/madrasah.
9. Peserta UN yang belum lulus UN sekolah/madrasah dan telah mengikuti UN
Program Paket B/Wustha, Program Paket C, dan Program Paket C Kejuruan
serta dinyatakan lulus, dilarang mengikuti UN sekolah/madrasah.

B. Pendaftaran Peserta Ujian

1. Sekolah/madrasah penyelenggara UN melaksanakan pendataan calon
peserta.
2. Sekolah/madrasah penyelenggara UN menerima pendaftaran peserta yang
tidak lulus UN tahun pelajaran 2009/2010 atau 2010/2011.
3. Sekolah/madrasah penyelenggara UN dapat menerima pendaftaran peserta
yang TIDAK LULUS UN pada tahun pelajaran 2009/2010 atau 2010/2011 yang
berasal dari sekolah/madrasah lain.
4. Pendaftaran peserta UN yang tidak lulus sebagaimana dimaksud pada angka 2
dan 3 harus:
a. mencantumkan nomor peserta UN pada lembar pendaftaran peserta UN
tahun 2011/2012.
b. berkoordinasi dengan sekolah/madrasah asal bagi siswa yang mendaftar di
sekolah/madrasah lain.
5. Sekolah/madrasah penyelenggara UN mengirimkan data calon peserta ke
Penyelenggara UN Tingkat Provinsi melalui Penyelenggara UN Tingkat
Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 31 Desember 2011.
6. Penyelenggara UN Tingkat Provinsi mengkoordinasikan pendataan calon
peserta dengan menggunakan perangkat lunak sesuai dengan POS
pendataan peserta yang diterbitkan oleh Balitbang Kemdikbud.
7. Penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota mencetak dan mendistribusikan
daftar nominasi sementara (DNS) ke sekolah/madrasah.

13

8. Sekolah/madrasah melakukan verifikasi DNS dan mengirimkan hasil verifikasi
ke Penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota.
9. Penyelenggara UN Tingkat Provinsi melakukan:
a. pemutakhiran data;
b. pencetakan daftar nominasi tetap (DNT);
c. pengiriman DNT peserta UN SMA/MA dan SMK ke Penyelenggara UN
Tingkat Sekolah/Madrasah melalui Penyelenggara UN Tingkat
Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 31 Januari 2012;
d. pengiriman DNT peserta UN SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB ke
Penyelenggara UN Tingkat Sekolah/Madrasah melalui Penyelenggara UN
Tingkat Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 29 Februari 2012;
10. Data peserta Sekolah Indonesia Luar Negeri dikirim ke Penyelenggara UN
Tingkat Pusat paling lambat tanggal 11 Februari 2012;
11. Kepala sekolah/madrasah penyelenggara UN menerbitkan, menandatangani,
dan membubuhkan stempel sekolah/madrasah pada kartu peserta UN yang
telah ditempel foto peserta.


III. BAHAN UJIAN NASIONAL

A. Penyusunan Kisi-Kisi Soal

Penyelenggara UN Tingkat Pusat menyusun kisi-kisi soal berdasarkan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Standar Isi untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. menetapkan dosen, guru, dan pakar penilaian pendidikan untuk menyusun kisi-kisi
soal;
2. melakukan validasi kisi-kisi soal dengan melibatkan dosen, guru, dan pakar
penilaian pendidikan;
3. menetapkan kisi-kisi soal UN yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
soal UN pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun Pelajaran
2011/2012.

B. Penyiapan Bahan Ujian Nasional

1. Penyelenggara UN Tingkat Pusat membuat master copy naskah soal UN dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. mengidentifikasi dan memilih butir-butir soal dari bank soal nasional sesuai
dengan kisi-kisi UN tahun pelajaran 2011/2012;
b. merakit naskah soal UN dengan memperhatikan sebaran tingkat kesukaran
soal;
c. menyiapkan bahan UN Bahasa Inggris listening comprehension untuk SMA,
MA, SMALB (kecuali tunarungu), dan SMK;
d. menyiapkan bahan UN Bahasa Inggris reading sebagai pengganti listening
comprehension bagi siswa SMA, MA, dan SMK yang menyandang tunarungu
(peserta didik inklusi);

14

e. menyiapkan pedoman penyusunan naskah soal UN Kompetensi Keahlian
dengan melibatkan Direktorat Pembinaan SMK dan Dunia
Usaha/Industri/Asosiasi Profesi di bawah koordinasi BSNP;
f. menentukan paket-paket naskah soal UN dengan mempertimbangkan
kesetaraan antar paket;
g. memeriksa paket-paket naskah soal UN, dari segi kesetaraan tingkat
kesukaran, mutu, dan validitas;
h. menata perwajahan (layout) paket naskah soal UN;
i. memberi kode pada master naskah soal UN;
j. menggandakan dan mengepak master naskah soal UN untuk dikirim ke
percetakan;
k. menggandakan bahan UN Bahasa Inggris listening comprehension yang
terdiri atas naskah soal, kaset, dan petunjuk penggunaannya.


2. Jumlah butir soal dan alokasi waktu UN SMA/MA adalah sebagai berikut:

a. SMA/MA Program IPA

No. Mata Pelajaran
Jumlah
Butir Soal
Alokasi
Waktu
1. Bahasa Indonesia 50 120 menit
2. Bahasa Inggris 50*) 120 menit
3. Matematika 40 120 menit
4. Fisika 40 120 menit
5. Kimia 40 120 menit
6. Biologi 40 120 menit


b. SMA/MA Program IPS

No. Mata Pelajaran
Jumlah
Butir Soal
Alokasi Waktu
1. Bahasa Indonesia 50 120 menit
2. Bahasa Inggris 50*) 120 menit
3. Matematika 40 120 menit
4. Ekonomi 40 120 menit
5 Sosiologi 50 120 menit
6. Geografi 50 120 menit




15

c. SMA/MA Program Bahasa

No Mata Pelajaran
Jumlah
Butir Soal
Alokasi Waktu
1. Bahasa Indonesia 50 120 menit
2. Bahasa Inggris 50*) 120 menit
3. Matematika 40 120 menit
4. Sastra Indonesia 40 120 menit
5. Antropologi 50 120 menit
6 Bahasa Asing**):
Bahasa Arab
Bahasa Jepang
Bahasa Jerman
Bahasa Prancis
Bahasa Mandarin
50 120 menit

*) terdiri atas 15 soal listening comprehension atau 15 soal reading untuk
penyandang tunarungu dan 35 soal pilihan ganda.
**) Sesuai dengan pilihan

d. MA Program Keagamaan

No Mata Pelajaran
Jumlah Butir
Soal
Alokasi Waktu
1. Bahasa Indonesia 50 120 menit
2. Bahasa Inggris 50*) 120 menit
3.
Matematika 40 120 menit
4. Tafsir 50 120 menit
5. Hadis 50 120 menit
6. Fikih 50 120 menit

*) terdiri atas 15 soal listening comprehension atau 15 soal reading untuk
penyandang tunarungu dan 35 soal pilihan ganda.

e. SMK

No Mata Pelajaran
Jumlah
Butir Soal
Alokasi Waktu
1. Bahasa Indonesia 50 120 menit
2. Matematika*) 40 120 menit
3. Bahasa Inggris**) 50 120 menit

16

No Mata Pelajaran
Jumlah
Butir Soal
Alokasi Waktu
4. Kompetensi Keahlian:
(Teori Kejuruan dan
Praktik Kejuruan***)


1 paket

18 – 24 jam

*) terdiri atas tiga kelompok kejuruan:
(1) kelompok Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian;
(2) kelompok Pariwisata, Seni dan Kerajinan, Teknologi Kerumahtang-
gaan, Pekerjaan Sosial, dan Administrasi Perkantoran;
(3) program Keahlian Akuntansi dan Pemasaran.
**) terdiri atas 15 soal listening comprehension atau 15 soal reading untuk
penyandang tunarungu dan 35 soal pilihan ganda
***) Ujian teori dan praktik kejuruan dilaksanakan sebelum pelaksanaan UN.

f. SMP, MTs, dan SMPLB

No Mata Pelajaran
Jumlah
Butir Soal
Alokasi Waktu
1. Bahasa Indonesia 50 120 menit
2. Matematika 40 120 menit
3. Bahasa Inggris 50 120 menit
4. Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA)
40 120 menit


g. SMALB Kekhususan Tunanetra (A), Tunadaksa (D), dan Tunalaras (E)

No. Mata Pelajaran
Jumlah
Butir Soal
Alokasi Waktu
1. Bahasa Indonesia 50 120 menit
2. Bahasa Inggris 50*) 120 menit
3. Matematika 40 120 menit

*) terdiri dari 15 soal listening comprehension dan 35 soal pilihan ganda

h. SMALB Kekhususan Tunarungu (B)

No. Mata Pelajaran
Jumlah
Butir Soal
Alokasi Waktu
1. Bahasa Indonesia 50 120 menit
2. Bahasa Inggris 50 120 menit

17

No. Mata Pelajaran
Jumlah
Butir Soal
Alokasi Waktu
3. Matematika 40 120 menit

3. Pengiriman master copy naskah soal UN

a. Penyelenggara UN Tingkat Pusat mengirim master copy naskah soal UN
SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan SMK ke percetakan yang telah
ditetapkan untuk mencetak naskah soal UN yang serahterimanya disertai
berita acara.
b. Percetakan menerima dan memeriksa master copy naskah soal UN dari
Penyelenggara UN Tingkat Pusat untuk SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA,
SMALB, dan SMK dengan ketentuan sebagai berikut:
1) mengecek jumlah halaman setiap master copy sesuai dengan rincian mata
pelajaran yang diujikan;
2) mengepak kembali semua dokumen yang telah diperiksa dan menyimpan
di tempat yang aman dan rahasia;
3) mengisi dan menandatangani berita acara serah terima dengan saksi dari
Dinas Pendidikan Provinsi, Kanwil Kementerian Agama, Perguruan Tinggi,
dan Polri.
c. Penyelenggara UN Tingkat Pusat (Balitbang Kemendikbud) bertanggung
jawab atas pengiriman bahan UN SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan
SMK ke Penyelenggara UN Tingkat Satuan Pendidikan.
d. Penyelenggara UN Tingkat Pusat (Balitbang Kemendikbud) bertanggung
jawab atas pengiriman bahan UN bagi peserta didik SMK yang sedang praktik
kerja industri di dalam negeri.
e. Penyelenggara UN Tingkat Pusat (Balitbang Kemendikbud) mengirimkan
naskah soal UN ke Sekolah Indonesia Luar Negeri sesuai dengan jumlah
peserta UN.

C. Penggandaan Bahan UN

1. Pencetakan dan pendistribusian bahan UN SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA,
SMALB, dan SMK dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Ketentuan mengenai pencetakan dan pendistribusian bahan UN diatur lebih
lanjut dalam POS Pencetakan yang ditetapkan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Keterlibatan penyelenggara UN tingkat provinsi dalam pencetakan dan
pendistribusian bahan UN mencakup:
a. penyerahan master soal UN ke Percetakan;
b. pendistribusian bahan UN ke Satuan Pendidikan; dan
c. pengamanan bahan UN di wilayahnya.
4. Pengawasan pencetakan dan pendistribusian naskah soal UN SMP/MTs,
SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan SMK menjadi tanggungjawab perguruan tinggi
yang ditetapkan oleh BSNP.

18

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai penggandaan dan pendistribusian naskah
soal UN diatur dalam POS tersendiri yang ditetapkan oleh Balitbang
Kemdikbud.

IV. PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL

A. Jadwal Ujian Nasional

1. UN dilakukan satu kali, yang terdiri atas UN dan UN Susulan.
2. UN Susulan hanya berlaku bagi peserta didik yang sakit atau berhalangan
dan dibuktikan dengan surat keterangan yang sah.
3. UN dilaksanakan secara serentak.
4. Ujian Kompetensi Keahlian Kejuruan SMK:
a. ujian praktik Keahlian Kejuruan selesai dilaksanakan paling lambat tanggal
16 Maret 2012;
b. ujian teori Keahlian Kejuruan dilaksanakan pada 22 Maret 2012
5. Khusus bagi SMK program 4 tahun ujian praktik kejuruan dilaksanakan pada
tahun IV.
6. Tempat pelaksanaan UN Susulan diatur oleh masing-masing Penyelenggara
Tingkat Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan jumlah peserta dan
lokasi.
7. Jadwal pelaksanaan UN sebagai berikut.


JADWAL UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

UN dan UN Susulan

a. SMA dan MA

Mata pelajaran
No
Hari dan
Tanggal
Jam
Program
IPA
Program
IPS
Program
Bahasa
MA
Program
Keagamaan
UN
Senin, 16
April 2012
1.
UN Susulan
Senin, 23
April 2012

08.00 –
10.00

Bahasa
Indonesia


Bahasa
Indonesia


Bahasa
Indonesia


Bahasa
Indonesia

2.
UN
Selasa, 17
April 2012
08.00 –
10.00

Bahasa
Inggris

Bahasa
Inggris

Bahasa
Inggris

Bahasa
Inggris


19

Mata pelajaran
No
Hari dan
Tanggal
Jam
Program
IPA
Program
IPS
Program
Bahasa
MA
Program
Keagamaan
UN Susulan
Selasa, 24
April 2012
11.00 –
13.00
Fisika


Ekonomi

Bahasa
Asing
Tafsir

UN
Rabu, 18
April 2012
3.
UN Susulan
Rabu, 25
April 2012
08.00 –
10.00
Matematika Matematika Matematika Matematika
UN
Kamis, 19
April 2012
4.
UN Susulan
Kamis, 26
April 2012
08.00 –
10.00

11.00 –
13.00
Kimia


Biologi


Sosiologi


Geografi

Antropologi


Sastra
Indonesia
Fikih


Hadis


b. SMK
No Hari dan Tanggal Jam Mata pelajaran
UN: Senin, 16 April 2012
1.
UN Susulan: Senin, 23 April 2012
08.00 – 10.00
Bahasa
Indonesia
UN: Selasa, 17 April 2012
2.
UN Susulan: Selasa, 24 April 2012
08.00 – 10.00 Bahasa Inggris
UN: Rabu, 18 April 2012
3.
UN Susulan: Rabu, 25 April 2012
08.00 – 10.00 Matematika

c. SMP, MTs, dan SMPLB

No Hari dan Tanggal Jam Mata pelajaran
UN: Senin, 23 April 2012
1.
UN Susulan: Senin, 30 April 2012
08.00 – 10.00
Bahasa
Indonesia
UN: Selasa, 24 April 2012
2.
UN Susulan: Selasa, 1 Mei 2012
08.00 – 10.00 Bahasa Inggris
UN: Rabu, 25 April 2012
3.
UN Susulan: Kamis, 3 Mei 2012
08.00 – 10.00 Matematika
UN: Kamis, 26 April 2012
4.
UN Susulan: Jumat, 4 Mei 2012
08.00 – 10.00
Ilmu
Pengetahuan
Alam

20

d. SMALB

No Hari dan Tanggal Jam Mata pelajaran
UN: Senin, 16 April 2012
1.
UN Susulan: Senin, 23 April 2012
08.00 – 10.00 Bahasa Indonesia
UN: Selasa, 17 April 2012
2.
UN Susulan: Selasa, 24 April 2012
08.00 – 10.00 Bahasa Inggris

UN: Rabu, 18 April 2012
3.
UN Susulan: Rabu, 25 April 2012
08.00 – 10.00
Matematika



B. Ruang Ujian Nasional

Satuan pendidikan penyelenggara UN menetapkan ruang UN dengan
persyaratan sebagai berikut:
1. ruang ujian yang digunakan aman dan layak untuk pelaksanaan UN;
2. setiap ruang ditempati paling banyak 20 peserta, dan 2 (dua) meja untuk dua
orang pengawas UN;
3. setiap meja dalam ruang ujian diberi nomor peserta UN;
4. setiap ruang ujian ditempel pengumuman yang bertuliskan “DILARANG
MASUK SELAIN PESERTA UJIAN DAN PENGAWAS”
5. setiap ruang UN disediakan denah tempat duduk peserta UN;
6. setiap ruang UN disediakan lak/segel untuk amplop LJUN;
7. gambar atau alat peraga yang berkaitan dengan materi UN dikeluarkan dari
ruang UN;
8. tempat duduk peserta UN diatur sebagai berikut:
a. satu bangku untuk satu orang peserta UN;
b. jarak antara meja yang satu dengan meja yang lain disusun dengan
mempertimbangkan jarak antara peserta yang satu dengan peserta yang
lain minimal 1 (satu) meter;
c. penempatan peserta UN sesuai dengan nomor peserta

C. Pengawas Ruang UN

1. Perguruan Tinggi menetapkan pengawas ruang di satuan pendidikan SMA,
MA, dan SMK berdasarkan masukan dari Dinas Pendidikan dan Kankemenag
kabupaten/kota sebagai penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota.
2. Penyelenggara Tingkat Kabupaten/Kota menetapkan pengawas ruang di
satuan pendidikan SMP, MTs, SMPLB, dan SMALB.
3. Pengawas ruang adalah guru yang mata pelajarannya tidak sedang diujikan.
4. Pengawas ruang adalah guru yang memiliki sikap dan perilaku disiplin, jujur,
bertanggung jawab, teliti, dan memegang teguh kerahasiaan.
5. Pengawas ruang harus menandatangani surat pernyataan bersedia menjadi
pengawas ruang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan harus hadir 45
menit sebelum ujian dimulai di lokasi sekolah/madrasah penyelenggara UN.

21

6. Pengawas ruang tidak diperkenankan untuk membawa alat komunikasi
elektronik ke dalam ruang ujian.
7. Penempatan pengawas ruang ditentukan dengan sistem silang dalam satu
kabupaten/kota.
8. Setiap ruangan diawasi oleh dua orang pengawas.

D. Tata Tertib Pengawas Ruang UN

1. Persiapan UN
a. Empat puluh lima (45) menit sebelum ujian dimulai pengawas ruang
telah hadir di lokasi sekolah/madrasah penyelenggara UN.
b. Pengawas ruang menerima penjelasan dan pengarahan dari ketua
penyelenggara UN.
c. Pengawas ruang menerima bahan UN yang berupa naskah soal UN,
LJUN, amplop LJUN, daftar hadir, dan berita acara pelaksanaan UN.
2. Pelaksanaan UN
a. Pengawas masuk ke dalam ruang UN 20 menit sebelum waktu
pelaksanaan untuk:
1) memeriksa kesiapan ruang ujian;
2) meminta peserta UN untuk memasuki ruang dengan menunjukkan
kartu peserta UN dan menempati tempat duduk sesuai nomor yang
telah ditentukan;
3) memeriksa dan memastikan setiap peserta UN tidak membawa tas,
buku atau catatan lain, alat komunikasi elektronik, kalkulator dan
sebagainya ke dalam ruang UN kecuali alat tulis yang akan
dipergunakan;
4) membacakan tata tertib UN;
5) meminta peserta ujian menandatangani daftar hadir;
6) membagikan LJUN kepada peserta dan memandu serta memeriksa
pengisian identitas peserta UN (nomor ujian, nama, tanggal lahir, dan
tanda tangan);
7) memastikan peserta UN telah mengisi identitas dengan benar;
8) setelah seluruh peserta UN selesai mengisi identitas, pengawas ruang
UN membuka amplop soal, memeriksa kelengkapan bahan ujian, dan
meyakinkan bahwa amplop tersebut dalam keadaan baik dan tertutup
rapat (disegel), disaksikan oleh peserta ujian;
9) membagikan naskah soal UN yang terdiri atas 5 (lima) paket kepada
peserta UN untuk setiap mata pelajaran dengan cara acak:










22




10) membagikan naskah soal UN dengan cara meletakkan di atas meja
peserta UN dalam posisi tertutup (terbalik). Peserta UN tidak
diperkenankan untuk menyentuhnya sampai tanda waktu UN dimulai;
b. Setelah tanda waktu mengerjakan dimulai, pengawas ruang UN:
1) mempersilakan peserta UN untuk mengecek kelengkapan soal;
2) mempersilakan peserta UN untuk mulai mengerjakan soal;
3) mengingatkan peserta agar terlebih dahulu membaca petunjuk cara
menjawab soal.
c. Kelebihan naskah soal UN selama ujian berlangsung tetap disimpan di
ruang ujian dan tidak diperbolehkan dibaca oleh pengawas ruangan.
d. Selama UN berlangsung, pengawas ruang UN wajib:
1) menjaga ketertiban dan ketenangan suasana sekitar ruang ujian;
2) memberi peringatan dan sanksi kepada peserta yang melakukan
kecurangan; serta
3) melarang orang memasuki ruang UN selain peserta ujian.
e. Pengawas ruang UN dilarang memberi isyarat, petunjuk, dan bantuan
apapun kepada peserta berkaitan dengan jawaban dari soal UN yang
diujikan.
f. Lima menit sebelum waktu UN selesai, pengawas ruang UN memberi
peringatan kepada peserta UN bahwa waktu tinggal lima menit.
g. Setelah waktu UN selesai, pengawas ruang UN:
1) mempersilakan peserta UN untuk berhenti mengerjakan soal;
2) mempersilakan peserta UN meletakkan naskah soal dan LJUN di atas
meja dengan rapi;
3) mengumpulkan LJUN dan naskah soal UN;
4) menghitung jumlah LJUN sama dengan jumlah peserta UN;
5) mempersilakan peserta UN meninggalkan ruang ujian;
6) menyusun secara urut LJUN dari nomor peserta terkecil dan
memasukkannya ke dalam amplop LJUN disertai dengan satu lembar
daftar hadir peserta, satu lembar berita acara pelaksanaan, kemudian
ditutup dan dilem serta ditandatangani oleh pengawas ruang UN di
dalam ruang ujian;
h. Pengawas Ruang UN menyerahkan amplop LJUN yang sudah di lem dan
ditandatangani, serta naskah soal UN kepada Penyelenggara UN Tingkat
Sekolah/Madrasah disertai dengan satu lembar daftar hadir peserta dan
satu lembar berita acara pelaksanaan UN.

E. Tata Tertib Peserta UN

1. Peserta UN memasuki ruangan setelah tanda masuk dibunyikan, yakni 15
(lima belas) menit sebelum UN dimulai.

23

2. Peserta UN yang terlambat hadir hanya diperkenankan mengikuti UN setelah
mendapat izin dari ketua Penyelenggara UN Tingkat Sekolah/Madrasah,
tanpa diberi perpanjangan waktu.
3. Peserta UN dilarang membawa alat komunikasi elektronik dan kalkulator ke
sekolah/madrasah.
4. Tas, buku, dan catatan dalam bentuk apapun dikumpulkan di depan kelas di
samping pengawas.
5. Peserta UN membawa alat tulis menulis berupa pensil 2B, penghapus,
penggaris, dan kartu tanda peserta ujian.
6. Peserta UN mengisi daftar hadir dengan menggunakan pulpen yang
disediakan oleh pengawas ruangan.
7. Peserta UN mengisi identitas pada LJUN secara lengkap dan benar serta
menandatangani pernyataan “mengerjakan UN dengan jujur”.
8. Peserta UN yang memerlukan penjelasan cara pengisian identitas pada LJUN
dapat bertanya kepada pengawas ruang UN dengan cara mengacungkan
tangan terlebih dahulu
9. Peserta UN mulai mengerjakan soal setelah ada tanda waktu mulai ujian.
10. Selama UN berlangsung, peserta UN hanya dapat meninggalkan ruangan
dengan izin dan pengawasan dari pengawas ruang UN.
11. Peserta UN yang memperoleh naskah soal yang cacat atau rusak, pengerjaan
soal tetap dilakukan sambil menunggu penggantian naskah soal UN.
12. Peserta UN yang meninggalkan ruangan setelah membaca soal dan tidak
kembali lagi sampai tanda selesai dibunyikan, dinyatakan telah selesai
menempuh/mengikuti UN pada mata pelajaran yang terkait.
13. Peserta UN yang telah selesai mengerjakan soal sebelum waktu UN berakhir
tidak diperbolehkan meninggalkan ruangan sebelum berakhirnya waktu ujian.
14. Peserta UN berhenti mengerjakan soal setelah ada tanda berakhirnya waktu
ujian.
15. Selama UN berlangsung, peserta UN dilarang:
a. menanyakan jawaban soal kepada siapa pun;
b. bekerjasama dengan peserta lain;
c. memberi atau menerima bantuan dalam menjawab soal;
d. memperlihatkan pekerjaan sendiri kepada peserta lain atau melihat
pekerjaan peserta lain;
e. membawa naskah soal UN dan LJUN keluar dari ruang ujian;
f. menggantikan atau digantikan oleh orang lain.


V. PEMERIKSAAN HASIL UJIAN NASIONAL

A. Pengumpulan Hasil Ujian

1. Ketua Penyelenggara UN Tingkat Satuan Pendidikan mengumpulkan amplop
LJUN yang telah dilem/dilak oleh pengawas ruang UN.
2. Ketua Penyelenggara Tingkat Satuan Pendidikan mengirimkan LJUN ke
Penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota disertai dengan berita acara
serah terima.

24

3. Penyelengara UN Tingkat Kabupaten/Kota memeriksa kesesuaian jumlah
amplop yang berisi LJUN dengan jumlah ruangan dari setiap
sekolah/madrasah penyelenggara UN.
4. Pengiriman LJUN SMA, MA, dan SMK dari Penyelenggara UN Tingkat
Kabupaten/Kota kepada Perguruan tinggi langsung setelah ujian berakhir
setiap harinya kecuali untuk Kabupaten yang terpencil.
5. Pengiriman LJUN SMP, MTs, SMPLB, dan SMALB dari Penyelenggara UN
Tingkat Kabupaten/Kota ke Penyelenggara UN Tingkat Provinsi langsung
setelah ujian berakhir setiap harinya.
6. Penyelenggara UN Tingkat Provinsi memeriksa kesesuaian jumlah amplop
yang berisi LJUN dengan jumlah ruangan dari setiap satuan pendidikan
penyelenggara UN dari setiap kabupaten/kota.
7. Atase pendidikan atau sekolah penyelenggara UN di luar negeri
mengirimkan LJUN ke Puspendik paling lambat satu minggu setelah UN
berakhir.

B. Pengolahan Hasil Ujian

1. Perguruan Tinggi Negeri memindai dan memvalidasi LJUN SMA, MA dan
SMK serta mengirimkan hasilnya ke Penyelenggara UN Tingkat Pusat.
2. Penyelenggara UN Tingkat Provinsi memindai dan memvalidasi LJUN SMP,
MTs, SMPLB, dan SMALB serta mengirimkan hasilnya ke Penyelenggara
UN Tingkat Pusat.
3. Pengiriman hasil pemindaian LJUN SMA, MA dan SMK ke Penyelenggara
UN Tingkat Pusat paling lambat tanggal 7 Mei 2012 dan untuk untuk SMP,
MTs, SMPLB, dan SMALB tanggal 19 Mei 2012.
4. Hasil penskoran didistribusikan ke Penyelenggara UN Tingkat Provinsi paling
lambat:
a. tanggal 22 Mei 2012 untuk SMA/MA dan SMK
b. tanggal 29 Mei 2012 untuk SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB
5. Penyelenggara UN Tingkat Provinsi mencetak DKHUN.
6. DKHUN dikirim ke sekolah/madrasah melalui Penyelenggara Tingkat
Kabupaten/Kota disertai dengan berita acara.
7. Sekolah/madrasah mengumumkan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan mengacu pada Bab VI paling lambat:
a. tanggal 26 Mei 2012 untuk SMA/MA dan SMK
b. tanggal 2 Juni 2012 untuk SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB
8. Penyelenggara UN Tingkat Pusat mencetak DKHUN untuk Sekolah
Indonesia di luar negeri.


VI. KELULUSAN DARI SATUAN PENDIDIKAN

Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditentukan oleh satuan pendidikan
berdasarkan rapat Dewan Guru dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

25

2. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan
kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan;
3. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi; dan
4. lulus Ujian Nasional

VII. KELULUSAN UJIAN NASIONAL

1. Peserta didik dinyatakan lulus US/M SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan
SMK apabila peserta didik telah memenuhi kriteria kelulusan yang ditetapkan oleh
satuan pendidikan berdasarkan perolehan Nilai S/M.
2. Nilai S/M sebagaimana dimaksud pada nomor 1 diperoleh dari:
a. gabungan antara nilai US/M dan nilai rata-rata rapor semester 1, 2, 3, 4, dan 5
untuk SMP/MTs dan SMPLB dengan pembobotan 60% untuk nilai US/M dan
40% untuk nilai rata-rata rapor.
b. gabungan antara nilai US/M dan nilai rata-rata rapor semester 3, 4, dan 5
untuk SMA/MA, dan SMALB dengan pembobotan 60% untuk nilai US/M dan
40% untuk nilai rata-rata rapor.
c. gabungan antara nilai US/M dan nilai rata-rata rapor semester 1 sampai 5
untuk SMK dengan pembobotan 60% untuk nilai US/M dan 40% untuk nilai
rata-rata rapor.
3. Kelulusan peserta didik dari UN ditentukan berdasarkan NA.
4. Nilai Kompetensi Keahlian Kejuruan adalah:
a. gabungan antara nilai Ujian Praktik Keahlian Kejuruan dan nilai Ujian Teori
Kejuruan dengan pembobotan 70% untuk nilai Ujian Praktik Keahlian
Kejuruan dan 30% untuk nilai Ujian Teori Keahlian Kejuruan;
b. kriteria Kelulusan Kompetensi Keahlian Kejuruan adalah minimum 6,0 ;
5. NA sebagaimana dimaksud pada butir nomor 3 diperoleh dari gabungan Nilai S/M
dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dengan Nilai UN, dengan pembobotan
40% untuk Nilai S/M dari mata pelajaran yang diujinasionalkan dan 60% untuk
Nilai UN.
6. Pembulatan nilai gabungan nilai S/M dan nilai rapor dinyatakan dalam bentuk dua
desimal, apabila desimal ketiga ≥ 5 maka dibulatkan ke atas.
7. Pembulatan nilai akhir dinyatakan dalam bentuk satu desimal, apabila desimal
kedua ≥ 5 maka dibulatkan ke atas.

26

8. Peserta didik dinyatakan lulus UN apabila nilai rata-rata dari semua NA
sebagaimana dimaksud pada butir nomor 5 mencapai paling rendah 5,5 (lima
koma lima) dan nilai setiap mata pelajaran paling rendah 4,0 (empat koma nol).
9. Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan
melalui rapat dewan guru berdasarkan kriteria kelulusan sebagaimana dimaksud
pada VI.

VIII. PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN

1. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan dilakukan oleh Penyelenggara UN
Tingkat Pusat, setiap Penyelenggara UN Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota
serta satuan pendidikan sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

2. Penyelenggara UN Tingkat Pusat melakukan uji petik pelaksanaan UN
SMA/MA dan SMK di sejumlah satuan pendidikan.


IX. BIAYA PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL

A. Komponen biaya untuk penyelenggaraan UN meliputi biaya penyelenggaraan di
tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan satuan pendidikan.
B. Biaya penyelenggaraan UN menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
C. Biaya penyelenggaraan UN Tingkat Pusat mencakup komponen-komponen
sebagai berikut:
1. penyiapan Permendikbud dan POS UN;
2. rapat koordinasi dan sosialisasi kebijakan UN;
3. sosialisasi UN ke daerah;
4. penyusunan soal dan pembuatan master copy;
5. penggandaan master copy bahan UN dan kaset listening comprehension,
serta pengirimannya ke provinsi;
6. penggandaan, penyampulan, pengepakan dan pendistribusian bahan UN ke
penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota;
7. pemantauan kesiapan pelaksanaan UN;
8. visitasi percetakan;
9. pengumpulan nilai ujian sekolah;
10. pemantauan pelaksanaan UN;
11. penskoran hasil UN;
12. analisis hasil UN, pelaporan, dan penyusunan rekomendasi;
13. publikasi hasil UN;
14. pencetakan blanko SKHUN;
15. penerbitan SK bentuk blangko ijazah.

D. Penyelenggaraan UN Tingkat Provinsi dibiayai oleh Pusat melalui Dana
Dekonsentrasi dan APBD Provinsi, mencakup komponen-komponen sebagai
berikut:

27

1. pencetakan dan pendistribusian blanko pendataan calon peserta UN ke
kabupaten/kota;
2. pengelolaan data peserta UN dan penerbitan kartu peserta UN;
3. penggandaan dan pendistribusian Permendikbud UN dan POS UN ke
penyelenggara UN tingkat kabupaten/kota;
4. pelaksanaan sosialisasi, koordinasi dan kerja sama dengan instansi terkait di
provinsi yang bersangkutan dalam rangka persiapan pelaksanaan UN;
5. pemindaian LJUN oleh penyelenggara tingkat provinsi;
6. pencetakan dan pendistribusian DKHUN ke satuan pendidikan penyelenggara
melalui penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota;
7. pengisian dan pendistribusian SKHUN ke satuan pendidikan penyelenggara
melalui Penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota;
8. pencetakan dan pendistribusian blangko ijazah ke satuan pendidikan;
9. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan UN; dan
10. penyusunan dan pengiriman laporan UN.

E. Penyelenggaraan UN Tingkat Kabupaten/Kota dibiayai oleh Pusat dan APBD
Kabupaten/Kota, mencakup komponen-komponen sebagai berikut:
1. pencetakan dan pendistribusian blangko pendataan calon pengawas UN ke
satuan pendidikan;
2. pengelolaan data pengawas ruang UN dan pengawas satuan pendidikan;
3. penerbitan kartu pengawas UN;
4. penggandaan dan pendistribusian Permendikbud UN dan POS UN ke satuan
pendidikan penyelenggara UN;
5. pelaksanaan sosialisasi, koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait di
Kabupaten/Kota setempat dalam rangka persiapan pelaksanaan UN;
6. pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan UN;
7. aktivitas pelaksanaan UN yang dilakukan oleh perguruan tinggi negeri;
8. penyusunan dan pengiriman laporan.


F. Biaya penyelenggaraan UN Tingkat Satuan Pendidikan mencakup komponen-
komponen sebagai berikut:
1. pengisian dan pengiriman data calon peserta UN ke Penyelenggara UN
Tingkat Kabupaten/Kota;
2. pengisian kartu peserta UN;
3. pengambilan bahan UN dari tempat penyimpanan yang ditetapkan oleh
Penyelenggara UN Tingkat Kabupaten/Kota;
4. pengiriman LJUN ke kabupaten/kota;
5. pelaksanaan sosialisasi dan koordinasi penyelenggaraan UN;
6. pengadaan bahan pendukung UN;
7. pengawasan pelaksanaan UN di satuan pendidikan penyelenggara UN; dan
8. penyusunan dan pengiriman laporan.





28

X. SANKSI

1. Peserta UN yang melanggar tata tertib diberi peringatan oleh pengawas ruang
UN. Apabila peserta UN sesudah diberi peringatan tetapi tidak mengindahkan
peringatan tersebut, maka pengawas ruang ujian mencatat dan mengusulkan
peserta UN tersebut untuk dinyatakan gagal ujian dan dimuat dalam berita
acara.
2. Pengawas ruang UN yang melanggar ketentuan POS dibebastugaskan dan
diganti oleh yang lain, serta tidak diikutsertakan dalam kegiatan UN berikutnya.
3. Pengawas satuan pendidikan yang melanggar ketentuan POS dibebastugaskan
dan diganti oleh yang lain, serta tidak diikutsertakan dalam kegiatan UN yang
akan datang.
4. Sekolah/Madrasah penyelenggara UN yang melanggar ketentuan POS diberi
sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Semua pelanggaran yang dilakukan oleh pengawas ruang UN, dan
sekolah/madrasah penyelenggara dilaporkan kepada pimpinan lembaga asal
yang bersangkutan.




Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 19 Desember 2011

Ketua
Badan Standar Nasional Pendidikan




Prof. Dr. Ir. M. A. Wirakartakusumah, M.Sc.

Sabtu, 14 April 2012

Carita Pondok




Néangan



Rebun-rebun hudang, moro pukul tujuh… digawé.
Pukul dua mulang, dahar…reureuh.
Reup peuting…saré.
Isuk-isuk hudang deui.
Kitu jeung kitu, bulak-balik saban poé, dua puluh opat jam, saban minggu, saban bulan, mangtaun-taun.
Kudu hudang, kudu moro pukul tujuh digawé, kudu dahar, kudu saré, jeung sababaraha kudu deui, lalakon hirup jero sapoé sapeuting.
Hirup tungkul kana kudu, disengker ku waktu.
Kuring nanya ka kuring, “Naha kitu kuduna hirup kumelendang di dunya téh? Bet hirup diured ku waktu, dihalangan, teu yasa sakarep ingsun. Tuh manuk, hiber kakalayangan di buana pancatengah, sakahayangna, sakarepna; mun eunteup di mana clegna, mun nyayang di mana daékna. Euweuh nu geureuh, taya nu nyaram, taya nu opén…merdika!”
Kuring indit sanggeusna diidinan perlop.
Rék ka mana? Duka teuing. Incah teu diajam ti tadina, teu puguh nu dituju, rék ka mana baé anjogna, sugan mah rék nuturkeun indung suku baé cara nu pundung.
Rék naon? Duka teuing. Kawasna mah rék nurutan manuk.
Sarung polekat, kopéah maké milu diasupkeun kana rangsel, kabeneran maké boga kénéh rangsel urut berjoang baréto. Jaba ti éta téh, maké dijejelan ku bebekelan dahareun, di antarana kornét, sardéncis dua kaléng, malah roko mah maké mawa aya lima bungkusna. Térmos wadah cai teu tinggaleun.
Pamotrétan disoréndang cara wartawan potrét.
Jog anjog ka setatsion, meuli karcis, sarta teu kungsi lila karéta api téh geus ngaléong.
Kereteging haté, barang kuring nepi ka pangeureunan karéta api leutik, di tengah-tengah antara pasir jeung pasir, sanggeusna karéta api ngaliwatan jalan nu pungkal péngkol, bet hayang turun.
Sanajan karcis tacan nepi ka tempat nu dituju ogé, da harita hayang turun, da hayang nuturkeun kahayang téa, ah, turun baé.
Jut turun manggih jalan satapak ka tonggohkeun, kuring leumpang mapay-mapay jalan suni.
Leumpang antara kebon jeung kebon, nanjak mudun mapay reuma ngurilingan pasir.
Panonpoé rék nengahan, nongtoréng nojo kana beungeut, késang luut-léét, bet ngarasa beurat babawaan sakitu téh, moal leuwih ti sapuluh kilo.
Di tengah-tengah reuma nu harita keur meujeuhna digarap, kuring nénjo tangkal ngarunggunuk bangun iuh.
Kuring reureuh, diuk nyanghunjar lambar, ngarasakeun hareudang katebak angin ngahiliwir, tiis nyecep sumarambah saluar awak.
Nénjo ka tonggoh, pasir bulistir. Leucir kawas tonggong nu keur tungkul macul.
Rentul di dieu di ditu, nu keur digarawé, nu jauh jiga tunggul hirup. Buligir teu dibaraju, di alam nu sakitu nongtoréng panasna. Késang ngucur, nyakclakan, kaluar ti saban bulu badan, nyiraman taneuh, nambahan gemuk mun engké tapak pacul geus waktuna dipelakan.
Jongjon tengtrem ayem, teu horéam ku lega, teu sungkan ku panas, ngecruk tungkul teu galideur ku kaayaan sakurilingna.
Sakali, pamotrétan kuring dicetrékkeun.
Kuring kurah-koréh muka bebekelan, sasarap ku lelemper. Ana torojol téh barudak aya limana, nu panggedéna kira-kira umur sapuluh taun, malah nu saurang mah ngais budak nu kakara sataun umurna.
Manéhna ngariung ka kuring sanggeusna digupayan supaya dareukeut.
Arulutud, ngan nu panggedéna nu maké calana téh, nu mawa budak leutik téa. Cenah mah keur ngasuh, da emana keur mantuan bapana ngarag jukut.
Sanggeus ku kuring dibagi roti sakeureut séwang, éta barudak téh dipotrét, ngajajar. Nu saurang mah dipotrétna téh meungpeunan beungeut.
Késang geus tuus, rangsel dibérésan, kuring indit demi dituturkeun ku barudak.
Henteu terus nonggoh, tapi mipir pasir, sarta waktu kuring ti mumunggang turun ka lebak, barudak téh teu terus miluna, tapi ngajajar nyalengir nénjo kuring sosorosodan dina lamping.
Di antara pasir jeung pasir nu bulistir, ngocor walungan leutik, caina canémbrang hérang. Sapanjang walungan téh ngampar sababaraha kotakan, umpak-umpak, nu harita paréna keur gumunda.
Dina tepungna suku pasir jeung pasir, kokocoran walungan téa, katénjo ku kuring aya batu gedé namprak, sarta deukeut éta batu gedé téh aya tangkal loa ngarunggunuk.
Kabita bangun genah, jiga nu hayang didiukan éta batu lémpar téh. Kuring eureun, gék diuk, atuh rangsel dilaan, diteundeun di sagigireun.
Lega, nénjo alam narawangan, teu cara di kota, asa heurin, asa leutik, sundek-sundul, deukeut deudeuleuan.
Tanggah, da kapindingan ku tonggong pasir, katénjo jauh ngalumbuk, gunung semu paul.
Narilik ka gigir, ka sisi-sisi walungan, galengan tingraringkel racung tuturus kacang jeung jaat.
Béh tonggoh saeutik, kira-kira aya lima welas méter anggangna aya pancuran caina ngagelenggeng, diauban ku tangkal nu ngaroyom ngiuhan tampian.
Ana disidik-sidik, bet aya nu keur mandi. Ngoyok, ngucur kana pancuran.
Sorangan, nangtung sakadar dituruban ku samping, ti luhur nengah tonggong, ti handap luhureun tuur. Pernahna ka kuring mah nukangan.
Méprékan dangdaunan, kawasna mah daun kamalandingan. Pék dikasaykeun kana saluar awakna, meureun minangka sabunna mun cara urang kota mah.
Kabéh, ti luhur ka handap nepi kana dampal suku dikosokan ku daun meunang mékprékan téa.
Jongjon nu keur ngoyok, atuh kuring jongjon nu nénjo.
Pangawakan lenjang, ngeusi pepel, munel. Tétéla lain lalaki da buukna ngagebay panjang.
Nénjo kulitna, rada teu kaharti, naha di tengah-tengah antara mumunggang jeung mumunggang bet aya kulit kitu. Kulit sari, bodas lain, hideung lain, hideung jeung bodas diadonan, diaduk dijadikeun hiji, kulit naon pingaraneunana.
Nilik kana rampingna badan, dilapis ku kult naon pingaraneunana téa, ras inget kana dongéng: “Boa ieu téh ipri ngadon mandi.”
Pamotéran ku kuring dicetrékkeun.
Bérés motrét, bet hayang nyaho beungeutna, piraku mun awak sampulur kitu, ngabogaan beungeut goréng patut.
Manéhna, sanggeusna bérés mandina, tuluy ngisikan, sarta sanggeusna ngisikan, bari terus maké samping baseuh, nu ngan semet tuur téa, ngalangkang gambar cangkéng, bujur, terus kana pingpingna.
Baju kabayana henteu dipaké, tapi disampaykeun dina taktakna.
Jung indit, teu luak-lieuk, leumpang mapay galengan sawah nu legana ngan 30 séntiméter, ngélék boboko.
Sanajan kuring ngabandungan ti mimiti keur mandi, nepi ka inditna, malah nepi ka keur leumpangna dina galeng, ari hayang nénjo beungeutna jiga naon mah teu kasorang, ngan sakadar nénjo ti gigirna, kitu ogé rada kahalagan ku buukna, da terus dirumbaykeun, meureun ngarah tuhur.
Nénjo pipi ti gigirna saeutik, rasa geus bisa ngagambarkeun yén éta ipri geulis.
Panasaran, hayang sina ngalieuk, kuring ngbalédogkeun taneuh kana galeng deukeut nu ditincakna.
Teu disangka bakal kitu, na ari solédat téh, atuh labuh ragrag tina galengan luhur, reuwas meureun, duméh aya nu ngagorobas, nya éta taneuh anu diténggorkeun ku kuring.
“Aduh!” manéhna ragrag kana kotakan, boboko nu dieusian béas meunang ngsikan téh lésot tina leungeunna, béasna awur-awuran.
Kuring buru-buru luncat, rék nulungan.
Kasampak téh keur ugil-ugilan baé tacan bisa hudang. Ku kuring dipangku dijungjungkeun sina nangtung.
Rét manéhna nénjo ka kuring, atuh kuring nénjo ka manéhna.
Ayeuna mah kuring nénjo sidik kana beungeutna. Lain baé awas kana beungeutna wungkul, tapi sidik sapuratina sakur nu aya dina beungeutna, panonna, irungna, biwirna, sungutna pipina jeung gadona,. Teu jauh ti sangkaan, caturangga kolot téh tétéla bener, lamun pangawakan kitu, kulit kitu, moal salah beungeutna ogé kitu.
Mojang ngora kénéh pisan geuning, mun lélé téa mah keur meujeuhna kumeuheur, kakara lima welas taun kawasna.
Manéhna ngabetem, kuring pireu.
Bari ngosokan leungeun nu pinuh ku leutak, manéhna tungkul, tuluy luak-lieuk, meureun néangan bobokona.
Ku kuring boboko dipangnyokotkeun.
Nyéh manéhna imut saeutik, bari nampanan boboko.
Léos indit, teu basa teu nyarita, sumawona nganuhunkeun mah, malah leumpangna téh gagancangan.
Kuring olohok mata simeuteun.
Kira-kira geus rada jauh, béh tonggoh, manéhna ngarérét nyéh imut deui, léos, les duka ka mana nyalingkerna.
Kuring buru-buru balik kana batu lémpar urut nyerangkeun tadi téa, top rangsel, top pamotrétan, gajleng, léos rék nuturkeun.
Mapay jalan satapak nu lidig, nepi ka tempat waktu tadi teu kanyahoan ka mana léosna téa, terus dipapay tepus, ana anjog téh geuning aya lembur dina léngkob.
Dipapay unggal imah, kabéh kosong, meureun tacan daratang ti pagawéanana.
Kabeneran imah di lembur éta téh téu loba, sabelas imah, atuh kukurilingan unggal imah sugan aya nu muka pantona, sugan kapanggih jeung nu tadi, tapi weléh rék ka saha nya nanyakeun, taya budak-budak acan. Tungtungna, kuring diuk di hiji tepas, nyarandé kana tihang, teu puguh ngalér ngidulna.
Imah nu didiukan tepasna téh, imah nu panggedéna. Satukangeun imahna aya leuit, béh dituna aya kandang munding.
Ku bawaning teu puguh cabak, maksud téh rék ngabaheuhay nangkarak, na ari ngarérét, bet nu tadi datang, tapi sampingna nu jeblog ku taneuh urut labuh téa, ayeuna mah ngan baseuh wungkul, kawasna mah nyalingker terus balik ka cai ngumbah nu jeblogna.
Manéhna kagéteun nénjo kuring geus aya di tepas, terus ka pipir imah, asup ka panto dapur imah ieu pisan.
“Nyi!”Nyi!” cék kuring, “Ieu téh bumi Nyai?”
“Sumuhun!” bari terus asup ka dapur.
Kuring teu wani terus ngudag, nya balik deui baé ka tepas, gék diuk deui.
Teu kungsi, lila panto ti tepas ka imah di buka. Jol manéhna kaluar mawa samak, terus diamparkeun.
Ayeuna mah geus nyisiran, dibaju sagala, atuh sampingna maké nu tuhur.
“Angkat ka mana Bapa?” cék kuring.
“Ka sawah!” terus asup deui ka imah, teu kadéngé sora-sorana deui.
Sabot ngarep-ngarep sugan daék ngelol deui, jorojoy haté kuring nanya, “Naha ieu budak awéwé téh parawan, atawa randa, atawa boga salaki?”
Pertanyaan nu moal bisa dijawab ku kuring, da puguh budak awéwéna ogé bangun ngadedempés baé di jero.
Udud geus sababaraha kenyotan, geus béak sigarét aya tiluna, bet teu daék ngelol deui budak téh.
Ari kurunyung téh aya lalaki kolot, calana sontog hideung pinuh ku taneuh, sukuna baraseuh, kawas nu tas beberesih, sarta diiring ku budak awéwé téa.
“Moal salah bapana, da piraku ari salakina mah sakitu geus kolotna.”
Kuring buru-buru nangtung, nyampeurkeun manéhna.
“Bapa, abdi téh kumawantun teu aya nu kagungan bumi…”
Tacan kungsi tamat kuring ngomong, bapa téh geus ngajawab, “Nuhun baé, kersa linggih mah, Bapa!”
Kuring hareugeueun, naha jelema nu sakitu kolotna bet nyebut bapa, da meujeuhna mah nyebut ujang.
“Bapa téh santara?” manéhna ngomong deui.
Sajongjongan kuring ngahuleng, naha nu matak disebut santara, tapi kuring kaburu inget, nyéh kuring imut.
“Abdi mah sanés, jelema biasa baé,” cék kuring.
Éta meureun pédah kuring maké papakéan sarwa héjo cara tentara, padahal papakéan kuring mah harita téh drill-sépé téa, henteu héjo-héjo teuing.
Manéhna asup ka imahna, sarta teu kungsi lila jol datang deui bari mawa gelas nu dieusian ku bako molé katut daun kawungna.
“Nyai, geura naheur cai buru-buru haturan tamu,” manéhna nitah.
“Bapa téh, reuwas aya, atoh aya katatamuan téh. Badé aya pikersaeun naon sumping ka lembur singkur téh?”
“Ah teu kedah reuwas-reuwas, abdi mah seja ulin baé hayang terang pilemburan.”
“Ti mana atuh panglinggihan téh?”
“Abdi téh ti kota,” bari ngerérét kana érloji, geuning harita téh geus pukul opat soré, “Kumaha Bapa, abdi téh tangtos kawengian.”
“Atuh nuhun baé nu aya Bapa mah, kersa rurumpaheun maké kulem sagala mah, mung nya kitu…”
Budak awéwé téa datang nyodorkeun panimbal jeung cacangkir.
Kuring ngerérét ku juru panon, gerentes haté ngomong, “ Geulis, tapi aya bédana jeung geulis kota téa, ari Si Nyai mah, kawasna dasar budak gawé, Ramona téh teu marecut cara ramo geulis kota.”
“Nyai, Ema geus datang?” Ieuh, béjakeun ka Ema, nyayagikeun tuangeun, jeung meuncit hayam kituh!”
Ayeuna kuring nyaho tétéla, yén éta budak téh anakna, tapi naha randa atawa parawan?
Jol awéwé kolot nyampeurkeun, harémpoy diuk, pok ngomong, “Aéh haturan, Bapa!”
Éta geus pok deui nyebut bapa, atuh bari kalamas-kélémés kuring ngajawab, “Nuhun, Ibu!”
Manéhna diukna teu lila, terus pamitan deui, rék ka dapur cenah.
Babawan kuring kornét jeung sardéncis téa dipasrahkeun ka Ema. Basana téh, “Euleuh lauk kaléng!”
Loba pertanyaan Bapa ka kuring, babakuna nanyakeun kaayaan di kota, malah maké nanyakeun keur usum naon cenah di kota téh.
Kuring permisi rék ka cai, geuning caina téh salembur éta mah ka tampian urut tadi téa.
Saban imah katénjo ngarebul, sarta kadéngé ayeuna mah sora réa jelema di imah-imah téh, malah barudak ogé di buruan arulin, atuh nu ka cai ngabrul.
Peuting geus mimiti reupreupan, sarta waktu kuring datang ti cai, kasampak Si Nyai jeung emana sasayagian dahareun. Di tengah imah, dina samak rubak, ngajajar sababaraha piring, ti antarana aya goréng daging hayam, sambel jeung lalab kacang jeung kicipir teu tinggaleun, rupana ari babawaan kuring mah henteu disuguhkeun.
“Tuang ogé, Bapa, malum di kampung, mangga atuh nyanggakeun,” cék Ema.
Teu kungsi ngadua kalian kedemek kuring dahar, da atuh poé éta mah dahar sangu téh kakara harita.
Kuring dahar téh dibarengan ku Bapa.
Réngsé dahar kuring pindah deui ka tepas, sarta teu kungsi lila, saurang-saurang tatangga pada daratang, lain baé lalakina, tapi awéwéna ogé katut anakna dibawa. Datangna téh henteu léngoh, aya nu mawa beuleum sampeu jeung gula kawung, aya nu mawa cau ambon, aya nu mawa buras, kabéh disodorkeun, basana téh hayang katuang ku tamu.
Kuring diriung, atuh teu bisa-bisa ogé, da tara ngobrol lila-lila téh, harita mah maksakeun manéh, tangtu mun dibandungan ku tukang nyarita mah, obrolan kuring téh moal ngalér-ngidul. Mimiti nyaritakeun kaayaan di kota, léos kana agama, terus kana tatanén, péndékna sagala dicaritakeun. Sanajan kitu, duka kumaha kaanggapna, kabéh pada ngabandungan, jigana téh taya nu teu resepeun.
Nepi ka pukul sawelas kuring ngobrol téh, sarta sanggeusna tatamu tatangga marulang, kuring diangkir ka jero imah. Di jero imah, di sisi bilik, kuring nénjo kasur ditilaman ku samak sulam jeung angel galedé teu disarungan.
“Geura kulem, Bapa,” cék emana, bari nunjuk kana kasur téa.
Teu ngadua kalian deui, kuring teus ngagéléhé.
Sajeroning ngagéléhé, haté kuring nanyakeun Si Nyai, naha geus saré kitu atawa ka mana.
Bet terus rasa, teu kungsi lila jol mawa samping kebat.
“Ieu keur kampuh!”
Bari ditampanan, kuring rada lila mencrong, tapi budak téh terus balik deui ka kamar, teu embol-embol deui.
Baréto jaman ngungsi kuring ngalaman mondok di kampung. Ti harita mah kakara ayeuna ngarandapan deui. Tiis ceuli, jempling, taya dédéngéan saperti di kota, nu kadéngé ngan sora jangkrik jeung bangkong.
Nangkarak bengkang sakitu tas capé, naha bet teu geura reup saré, lelembutan bet asup ka kamar leutik nu aya di jero imah éta, kumalayang kana panénjo tadi ti beurang di cai, keur mandi, keur leumpang dina galeng, labuh tigubrag ka kotakan, dipangku, imut.
“Nyaho ayeuna mah,” cék haté kuring, “Si Nyai téh teu boga salaki.”

*

Tina sela-sela bilik ranteng cahaya panonpoé asup ka jero imah, ari rét kana érloji sihoréng téh geus pukul sapuluh beurang.
Kuring kabeurangan.
Di imah sepi, waktu kuring hudang téh. Naha pribumi sararé kénéh kitu? Diténjo panto ka tepas masih kénéh ditulakan, ngan panto ka dapur tulak kaina geus nangtung gigireun panto, sarta barang kuring ngadeukeutan panto bet aya sora nu keretak-kereték di dapur. Ana bréh téh Si Nyai nyorangan.
Manéhna ngalieuk, ku kuring ditanya,” Ari Bapa jeung Ema ka mana Nyai?”
“Tos ka sawah tadi ogé énjing-énjing.”
Kuring rék ngomong deui, tapi teu tulus sarta teu kaharti nu matak teu terus ngomong, da kalah ka balik deui ka deukeut urut saré, gék diuk sila tutug.
“Nya buruh, nya patani, geuning isuk-isuk téh bet arindit ka pagawéan. Hirup keur digawé atawa digawé keur hirup?” timbul gerentes haté kuring bari ngenyot udud, “…aya bédana, ari buruh mah digawéna téh dikurung ku waktu, ari patani mah sadaékna.”
Si Nyai datang mawa téténong, diasongkeun ka kuring.
“Naon éta téh, Nyai?” cék kuring.
“Tuangeun,” jawabna.
“Tuang?”
“Sumuhun.”
”Acan sibeungeut-sibeungeut acan atuh,” cék kuring bari terus nyokot anduk rék ka cai heula.
Pukul sapuluh geus rék dahar, da biasana entas mulang ti pagawéan pukul dua téa, kapan dahar ogé aya waktuna, mungguh kaom buruh mah, sabalikna patani mah daharna téh lain maké waktu, tapi kawasna téh di mana lapar di dinya dahar.
Enya baé, lain di imah Si Nyai baé geus sepi téh, tapi salembur éta mah geus taya budak nu ceurik-ceurik acan, kawasna mah tinggal Si Nyai baé sorangan di lembur téh, kitu ogé duméh aya sémah nya kuring.
Di pasir geus rentul deui baé cara kamari, jelema-jelema pada digarawé, sarta di saung-saungna ngelun haseup diriung ku barudak jiga nu keur barangbeuleum.
Balik ti cai kasampak Si Nyai geus ancémon sisi bilik nungguan téténong dahareun téa.
Bari nyicikeun cai tina poci kana cangkir, kuring ngarérét ka Si Nyai. Manéhna tungkul.
“Ari Nyai geus boga salaki?” cék kuring asa-asa.
Teu ngajawab, kalah ka kulumas-kélémés.
“Lamun teu ngajawab tandana teu boga,” cék haté kuring.
“Nyai atos ka kota?”
“Parantos.”
Sabaraha kali?”
“Dua kali.”
”Resep di kota téh?”
Manéhna ngabetem.
“Nyai daék upama ngumbara di kota?”
Ngabetem deui baé.
Ditilik dibulak-balik, sepi budi, taya ulat nu katémbong bogoheun, boh ucapna boh tingkahna éstu sawajarna, béda jeung gambaran jero haté kuring, éstuning sabalikna. Nénjo nu teu bangun sono, sipat nu taya guam, béda jeung talajak mojang kota, bet matak nambahan sari geulisna, ati beuki kataji, raga jiwa Si Nyai pindah kana wangwangan pikiran kuring.
Katénjo ku kuring, tina ku bawaning sakeudeung-sakeudeung dirérét, polahna teu puguh, leungeunna nyoo tungtung baju, biwirna rapet, beungeutna semu beureum, jiga nu ambek, tapi lain ngurangan manisna, kalah ka nambahan cahaya nu saumur kuring rarasaan kakara harita nénjo sipa-sipat wanita nu pahareup-hareup jeung pria.
Kuring remen, malah sok ngahaja di kota, manggihan wanita, gok paamprok, pajongok, pahareup-hareup, tapi ari nénjo sipat mojang kampung nu geulis mah, kakaraeun teuing.
Téténong ku kuring dibuka. Ayeuna mah lain goréng hayam deungeun sanguna téh, tapi pais lauk emas, angeun combrang, lalab seupan teu tingaleun.
Kuring rarat- rérét bet naha taya kobokan.
Si Nyai rupana ngarti, terus indit, sarta teu kungsi lila mawa kobokan dieusi cai.
Waktu keur nyodorkeun kobokan katémbong ku kuring manéhna imut.
“Hayu atuh urang dahar bareng,” Cék kuring.
Manéhna gogodeg, kalah ka gék émok deui sisi bilik urut tadi.
Kakara ogé kuring ngahuapkeun sakeupeul sangu, manéhna ngoléséd terus ka tukang.
“Rék ka mana Nyai téh?”
Manéhna teu ngajawab.
Ku kuring dituturkeun bet terus diuk dina jojodog hareupeun hawu, sarta ari geus kanyahoan teu indit jauh mah, kuring balik deui nuluykeun dahar.
Nénjo talajak Si Nyai kitu, kuring bet leutik haté, asa ambon sorangan, nu hayang teu dilayanan, tungtungna timbul napsu murugul, angkuh ku ka lalakian, teu kaharti teu pira mojang kampung, nepi ka teu bogoheun ka bujang kota. Keur tengah-tengah dahar téh buru-buru kokocok, terus ka dapur, gék diuk dina jojodog gigireunana.
Manéhna rék ngejat, gancang ku kuring dicekel puhu leungeunna, cék kuring, “Calik, Akang rék nanya.”
Manéhna mencrong sakeudeung, terus tungkul deui.
“Nyai, kumaha lamun Nyai jeung Akang ka kota?”
Manéhna melong sakeudeung, tungkul deui bari ngoréh-ngoréh parako ku songsong.
‘Kumaha, Nyai?”
Bungkem, ngan ngarérét saeutik,
“Kumaha?”
Tilu-opat kali kuring nyebutkeun kumaha, malah panutupna mah maké dibarengan ku nyampaykeun leungeun dina taktakna.
Ku kuring kadéngé lalaunan pisan, cenah, “Kumaha Bapa-Ema.”
Sugan ngan sakitu pibasaeunana, tapi kuring geus ngarasa bungah. Sakali deui kuring ngucapkeun “kumaha” bari ditompokeun lalaunan kana ceulina.
Anéh bet ayeuna mah dijawabna téh ku gogodeg.
Kuring bingung, dicoba sakali deui ngucapkeun “kumaha”.
Kalah ngabetem.
Kuring beuki bingung mangkaning haté bet jadi ngageter.
“Nyi, Akang ayeuna kudu mulang ka kota, hayu atuh anteur ka sawah ka Ema jeung Bapa.”
Na manéhna atoh atawa teu atoh kuring rék balik téh, kuring teu bisa naksir, da kalah manéhna terus ka jero imah, sarta katénjo ku kuring: manéhna ngéntépkeun téténong téa dituruban, terus ka enggon bet nyokot karémbong, ditiungkeun.
Ku kuring kaharti, meureun ngajak ka sawah téa.
Terus maén pireu, sagala hal ngan ku kira-kira nénjo ulat jeung kedép mata.
Manéhna kaluar, atuh kuring nurutkeun.
“Engké atuh, ulah gancang teuing leumpang téh,” cék kuring.
Manéhna ngan ngarérét, terus deui baé leumpang, sata lamun kasusul, manéhna eureun jeung nyimpang, nitah kuring ti heula.
“Pék baé ti heula, ngan ulah gancang teuing,” cék kuring.
Manéhna indit deui, kuring pandeuri.
Leumpangna gancang sakitu dina galeng leutik téh, jojorélatn bari ngjingjing samping.
Kira-kira geus saparapat jam, ti kajauhan kénéh katénjo bapana keur jongjon macul, ari emana duka keur naon da keur kurah-koréh sisi galengan.
Jog anjog ka saung, kuring eureun, da Si Nyai ogé eureun di dinya.. Sarta sanggeusna kuring diuk, manéhna indit deui ngabéjaan bapana. Teu kungsi lila bapana datang nyampeurkeun ka saung, malah emana ogé datang diiringkeun ku Si Nyai.
“Parantos tuang?” cék emana.
“Parantos, Ema!” jawab kuring.
“Nuhun atuh.”
“Abdi téh bade pamitan, Ema, Bapa!” cék kuring.
“Badé uih?” Entong uih ayeuna kagok, saé énjing baé énjing-énjing.”
“Kagok kumaha, Bapa?”
“Ayeuna tos tengah dinten, kapan ti Legoknyénang ka jalan ageung téh tebih, lalakon tilu jam angkat, atuh ka halteu nya kitu kénéh, jadi émutan Bapa mah saé énjing baé, saperkawis supados aya nu jajap, da moal uninga jalanna ogé, kaduana atuh nyandak-nyandak cau kanggé oléh-oléh ti kampung.”
Kuring ngahuleng, kawas enya kituna téh, malah babakuna mah. Ku ayana pangandeg bapa téh, bet atoh asa diaku, tangtu ku sapeuting deui ngéndong, sapeuting éta jeung namatkeun poé ieu kuring bisa nénjo Si Nyai.
“Upami kitu mah sumuhun!”
“Sumuhun kitu, saé kulem deui baé. Upami énjing badé mulih atuh bapa badé ngajurungan Si Aspian ngajajapkeun ka halteu atanapi ka jalan ageung bilih badé kana beus mah.”
Si Nyai ngadéngé kuring rék ngéndong deui, ngadak-ngadak ngalieus miceun beungeut, naha atoheun atawa kumaha kuring teu bisa nerka.
“Jung atuh Emana geura mulang baé ka dituh, cau nu dipeuyeum mangkukna di pipir téa ludang, candakeun ka kota.”
Emana diiring ku Si Nyai terus mulang, ari kuring mah jongjon baé di saung, da sanajan diajak ogé ku emana, kuring mereketkeun ninggalkeun manéh. Atuh bapana léos deui ka sawah.
Ngajentul di saung sorangan, kesel tina diuk terus nangtung, nénjo sakuriling sampalan, nu dipelakan ku tangkal cau jeung tiwu, selang-selang heuleuran sampeu jeung taleus.
“Bekel hirup bapa tani. Hasil késang bapa tani. Ti barang ceb dipelakan, sanggeusna dipacul, ditungguan, dipiara, dilongokan, mangbula-bulan, kakara bisa kaala, sésana dijual ka kota, ladangna dipaké meuli baju jeung samping atawa meuli uyah jeung tarasi, sakur nu teu jadi dina taneuh. Dibandingkeun jeung hirup kuring, digawé tempo-témpo teu kudu ngaluarkeun késang, sabulan sakali geus narima hasil tanaga jeung leuwih réa pangajina diukur ku duit. Bapa tani…tukang nyipta dahareun tapi masih réa tina rupaning kadaharan nu tacan ngarasa kadahar, urang kota, di pasar tempat pangumpulan kadaharan mangrupa-rupa ti mana-mana bisa meuli jeung bisa ngadahar.
Kuring nyampeurkeun ka bapa Si Nyai nu keur jongjon macul rék pamitan balik ti heula ka lembur.
“Mangga baé atuh geura uih, Bapa mah ieu kapalang,” cék Bapa.
Kuring leumpang mapay galeng, ras inget kana kaayaan hirup patani, bet paingan teuing barudak patani sanggeusna sakola embung balik jadi patani, da geuning kitu kaayaanana.
Datang ka lembur, kuring diuk di tepas, sarta teu kungsi lila Si Nyai mawa téko jeung cau mani ngarangkadak, cau ambon sasikat, mun di kota meureun lima rupiaeun mah.
Bari ngarongkong nyokot cau, kuring nénjo ka Si Nyai bet teu imut-imut acan. Ku sakitu, dina haté geus jadi pikiran, sagala laku kuring bet dianggap “sepi” baé. Manéhna teu basa teu carita, ka imah deui.
Kuring ngagéléhé, bet teu kanyahoan deui Si Nyai mawa angel sadua-dua. Sot angel, les deui baé.
Bari ngalamun ngalér ngidul teu kanyahoan bet kasaréan, da ari inget téh bet geus deukeut ka magrib.
Reup peuitng deui, teu béda cara peuting tadi baé dirariung ku sémah tatangga, padahal ari mungguh haté mah ngarasa teu genah dikitu-kitu téh, leuwih ngeunah lamun harita ngariung téh sakadar Bapa, Ema, jeung Si Nyai. Atuh ku kituna, sanajan bari teu purun, kapaksa ngobrol deui baé, tapi harita mah lolobana ngan narima pananya baé: aya nu nanyakeun kumaha harga béas di kota, kumaha ti peuting raména, kumaha kaayaan toko-toko, péndékna sagala ditanyakeun.
Kabeneran pukul sapuluh téh tatangga geus pada mulang.
Teu kuat sila lila-lila, tungtungna kuring ngagéléhé, bari nyebut punten ka Bapa.
“Bapa sareng Ema téh, kedah angkat ka kota ka abdi,” cék kuring.
“Mangga, manawi pareng, engké upami parantos panén,” jawab Bapa.
“Har atuh lami kénéh, mangkaning ayeuna nembé macul.”
“Moal lami, genep ka tujuh ogé panén. Kapan ari parantos panén mah atuh ngintun-ngintun béas ketan sareng leumeungna.”
“Entong kedah kikintunan baé atuh, Bapa.”
“Hih, atuh parantos kitu lumbrahna, urang kampung mah.”
“Béh dieu baé entong ngantosan panén heula, keun baé entong kikintunan. Tah abdi téh di jalan Guntur nomer 76, gampil turun ti statsion téh kana béca baé, tukang béca mah tangtos terangeun.”
“Catet Nyai ka dinyah bisi urang ka kota!”
Si Nyai asup ka kamar meureun rék nyokot kertas jeung patlot.
“Geuning Si Nyai téh biaseun nulis,” cék dina jero haté kuring.
“Punten baé supados gampil naroskeun, saha jenengan téh?”
“Abdi? Pun Andria.”
“Tah, Nyai pék catet sakalian jeung jenenganana.”
“Teu aya patlotna,” jawabna.
Kuring nyokot bloknut trét kuring nulis adrés sorangan sarta dipasrahkeun ka Bapa. Ku Bapa ditampanan, bet terus disina diampihan ku Si Nyai.
Si Nyai maca tulisan kuring, sarta terus diselapkeun dina bilik.
“Kumaha….aéh, sanés Santara?”
“Abdi mah sanés Ten…Santara,” kuring imut.
“Sumuhun! Kumaha parantos sabaraha hiji putra?”
“Alhamdulillah Bapa, abdi mah teu acan gaduh indungbudak-indungbudak acan.”
“Geuning! Naha atuh?”
“Teu acan pareng baé panginten, Bapa.”
“Atuh sareng saha baé di bumi téh?”
“Dikawulaan ku indung kénéh baé abdi mah, Bapa!”
‘Sumuhun! Dupi rama jumeneng kénéh?”
“Aya berekah sadayana araya kénéh.”
Si Nyai, ngadéngé wangkongan kuring jeung bapana téh, katénjo panonna buringas, duka kumaha pihartieunana.
“Atuh da ari urang kota mah, komo pameget,” cék emana, “di istri ogé tara laki-rabi anom-anom.”
Mimiti Si Nyai ngoléséd asup ka kamar, ditumbu ku emana, sarta teu kungsi lila bapana ogé ngagoléah di tengah imah. Kitu deui kuring sora beuki leutik, méh teu puguh nu diwangkongkeun, tungtungna saimah éta jempé teu kadéngé naon-naon. Inget-inget isuk geus pukul tujuh deui baé. Kuring buru-buru ka cai, sarta sanggeusna terus dangdan. Ari kaluar kasampak Bapa, Ema, jeung Aspian katut tanggungan geus sayagi, kitu ogé cenah kudu dahar heula, da Si Nyai keur sasadiaan.
Sabérésna dahar, kuring pamitan bari sasalaman ka Bapa jeung ka Ema.
Kuring indit. Tapi sajeroning indit, panon duanana teu weléh luak-lieuk haté tumanya, naha ka mana ari Si Nyai, ti tadi ti barang tas nyadiakeun dahareun teu katénjo deui.
Sajeroning leumpang kitu kénéh baé terus mudun mapay jalan huma, tetep jadi ingetan.
Kira-kira geus leumpang saparapat jamna, kuring ngarérét ka tonggoh, bet Si Nyai katénjo ngajanteng sorangan nénjo ka kuring handapeun tangkal kai.
“Mang, mangga baé ti payun, abdi puguh aya nu katinggaleun,” cék kuring ka Mang Aspian, “Tapi angkatna lalaunan nya, Mang!”
Kuring ka tonggoh deui, sarta kira-kira sapuluh méter deui anggangna ti Si Nyai kuring masangkeun potrét, terus dicetrékeun.
Katénjo ku kuring Si Nyai nyarandé kana tangkal kai, ku kuring disampeurkeun. Barang geus deukeut, Si Nyai ngalinggek, leungeunna ngahalangan tarangna.
Bet bingung piomongeun, naon atuh nu kudu diomongkeun, kalah ka leungeun kuring nyabak taktakna.
“Ka mana Nyai tadi téh?” cék kuring.
Teu ngajawab.
Kusiwel kuring ngodok saku calana, nyokot notes, inget dina jero notes téh aya potrét kuring. Éta potrét ku kuring dibikeun…”Tah ieu potrét Akang, pék ampihan, itung-itung panyangcang.
Ngadéngé kecap “panyangcang” bari nampanan éta potrét manéhna melong kana éta potrét, bari siga aya nu dipikiran.
“Naon atuh Nyai?”
Manéhna ngarérét kana beungeut kuring, sarta teu lila tungkul deui.
Kuring ngahuleng, manéhna ngahuleng, da ari mungguh dina haté mah hayang nururtan cara dina bioskop, geuning ari rék papisah, tapi bet teu téga. Sakadar tanda papisah. Leungeun Si Nyai duanana ku kuring dicekel. Cék kuring, “Nyai ditinggalkeun, Akang tangtu moal lila bakal ka dieu deui.”
Kuring ngaléos, bari ngalésotkeun leungeunna, saban-saban sababaraha léngkah, kuring ngalieukan ka manéhna, nu harita teu béda jeung arca, anu terus mencrong ka kuring.
Ti kajauhan, barang kuring rék panutupan nénjo beugeut manéhna, katénjo ku kuring manéhna ngagupayan.

Mang Aspian ngadagoan.
“Mang,” cék kuring, “éta budak téh saha ngaranna?”
“Nyi Warsih, Agan!”
“Ari bapana?”
“Katelahna di lembur mah Bapa Warsih baé, nya katelah ku anak, ari saenyana mah Bapa Alwasim. Anakna téh kabeneran ngan hiji-hijina awéwé, da aya ogé lanceukna lalaki, maot alit kénéh.”
“Geus boga salaki baréto éta Nyi Warsih téh?”
“Hih, ari Agan, sanés randa, masih parawan.”
“Sugan geus boga papacangan?”
“Teu gaduh, sareng Agan di kampung mah tara aya papacangan, hartosna bobogohan sakarepna, kumaha indung bapana baé, malah wartosna Nyi Warsih ogé parantos dipundut ka Pa Lurah, badé dikawinkeun ka putrana, nu jadi jurutulis désa.”
“Kumaha Nyi Warsihna daékeun?”
“Daék teu daék, cék nu jadi sepuhna kedah kawin ka dinya, budak awéwé mah kedah nurut baé ka kolot.
“Kitu, Mang?” cék kuring.
“Kuring teu ngomong deui, nyaah lamun Si Nyai dikawinkeun meunangkeun ka nu teu dipikabogohna, ngan sakadar kudu nurut ka kolot.
Tapi, naha ka kuring ogé Si Nyai téh bakal bogoheun kitu?
Tungkul bari mudun, terus nanjak bari tanggah, jongjon leumpang jeroning mikiran diri batur, da bongan maké terus cumantél dina haté, mangkaning geuning Si Nyai téh bet rék dikawinkeun ka anak Pa Lurah…kapiheulaan.
Jog anjog ka setatsion, atuh tanggungan téh dihijikeun ku Mang Aspian supaya bisa dijingjing.
Ku kuring Mang Aspian sanggeusna dinuhunkeun diperesén duit sapuluh rupia. “Tah ieu mah keur budak, lumayan, engké sugan kuring ka dieu deui.”
Teu kungsi lila karéta api datang, kabeneran lowong, atuh diuk téh tumaninah, sabangku nyorangan.
Bari nyarandé, ngalenyepan lalampahan dua poé dua peuting, néangan lowong tina hirup nu pinuh ku kudu, bréh kalangkang Si Nyai keur imut handapeun tangkal kai.
Néangan téh ngan ukur nepi ka meunang….nineung, teu luput dikurung waktu antara senang jeung bingung.